Sedih, RI Masih Resesi Sampai Akhir Tahun Ini...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 December 2020 12:53
Suasana LTC Glodok, Pandemi Covid-19  membuat puluhan kios tutup, para peritel memilih tutup toko dan beralih ke penjualan Online, Jumat (6/11/2020). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Suasana LTC Glodok, Pandemi Covid-19 membuat puluhan kios tutup, para peritel memilih tutup toko dan beralih ke penjualan Online, Jumat (6/11/2020). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sampai November, pemulihan ekonomi Indonesia sepertinya berada di jalur yang benar. Namun lajunya relatif lambat, sehingga kontraksi (pertumbuhan negatif) sepertinya masih aja terjadi pada kuartal IV-2020.

Salah satu tanda geliat aktivitas ekonomi adalah penerimaan pajak. Sebab, pajak dibayarkan jika dunia usaha dan rumah tangga membukukan peningkatan pendapatan (Pajak Penghasilan/PPh) atau terjadi transaksi (Pajak Pertambahan Nilai/PPN).

Pada Januari-November 2020, Kementerian Keuangan melaporkan total penerimaan perpajakan adalah Rp 1.108,8. Turun 15,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Dibandingkan dengan performa Januari-Oktober 2020, ada perbaikan karena saat itu penerimaan perpajakan tumbuh negatif 15,58%. Namun perbaikan itu relatif landai saja.

Sedikit lebih dalam, penerimaan PPh non-migas pada Januari-November tercatat Rp 492,57 triliun atau 20,01% di bawah pencapaian Januari-November 2019. Memburuk dibandingkan Januari-Oktober yang -19,03%.

Sementara setoran PPN (dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah/PPnBM) pada Januari-November 2020 adalah Rp 378,77 triliun, turun 14,15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kali ini ada perbaikan, karena pada Januari-Oktober 2020 penerimaan PPN dan PPnBM tumbuh -15,21%.

Kinerja penerimaan pajak menggambarkan ekonomi Tanah Air hingga November 2020 masih so-so saja, belum ada perbaikan signifikan. Oleh karena itu, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020 masih di teritori negatif.

"Mengenai outlook kita, untuk kuartal IV-2020 adalah -0,9% hingga -2,9%. Konsumsi mungkin masih di posisi kontraksi antara -3,6% hingga -2,6%. Kami memperkirakan untuk keseluruhan tahun pertumbuhan ekonomi ada di -1,7% hingga -2,2%," ungkap Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan.

Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sudah mengalami kontraksi pada kuartal II dan kuartal III, masing-masing 5,32% dan 3,49%. Jika kuartal IV negatif lagi, maka Indonesia masih terjebak di 'lumpur' resesi, belum bisa mentas.

Namun kemungkinan besar ekonomi Indonesia akan bangkit pada 2021. Pemerintah memperkirakan ekonomi bakal tumbuh di kisaran 5%, sementara proyeksi Bank Indonesia (BI) berada di 4,8-5,8%.

"Ada tiga alasan yang mendukung optimisme ini. Pertama, sumber pertumbuhan ekonomi 2021 akan semakin baik. Kinerja ekspor tahun depan depan semakin baik, ini didukung oleh pertumbuhan ekonomi global yang kami perkirakan 5%.

"Kedua, adanya vaksinasi. Vaksinasi itu akan berlangsung meski secara bertahap dan memungkinkan mobilitas manusia semakin meningkat dan mobilitas ekonomi semakin baik. Vaksinasi ini istilah kami prasyarat mendukung pemulihan ekonomi.

"Ketiga, sinergi kebijakan sangat erat antara pemerintah, BI, OJK (Otoritas Jasa Keuangan), LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), perbankan, dan dunia usaha. Stimulus fiskal terus berlanjut, dan BI akan melanjutkan stimulus moneter," papar Perry Warjiyo, Gubernur BI.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Masih Resesi, Ekonomi RI Q1 Diramal Tumbuh -1% Hingga -0,1%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular