Terungkap! Ini 5 Strategi BI Pulihkan Ekonomi RI di 2021

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
22 December 2020 11:18
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2021. (Tangkapan Layar Youtube PerekonomianRI)
Foto: Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2021. (Tangkapan Layar Youtube PerekonomianRI)

Jakarta, CNBC Indonesia- Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan ada lima kebijakan pokok bank sentral dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional pada 2021.

"Ada 3 alasan yakni PDB (produk domestik bruto), vaksinasi dan sinergi kebijakan nasional ini mendukung optimisme kami bahwa pemulihan ekonomi di 2021 dengan tetap jaga stabilitas makro ekonomi," ujar Perry dalam Outlook Perekonomian Indonesia "Meraih Peluang Pemulihan Ekonomi 2021", Selasa (22/12/2020).

Dia menjelaskan kebijakan pertama adalah melanjutkan stimulus moneter, dengan terus menempuh kebijakan suku bunga rendah dan likuiditas longgar sampai ada tanda-tanda inflasi meningkat.

"Suku bunga sekarang 3,75% terendah sepanjang sejarah, dan perlu diikuti penurunan suku bunga kredit perbankan. Kami juga melakukan quantitative easing sebesar Rp 694,9 triliun atau 44,9% dari PDB, terbesar di emerging market dan sekarang masih berputar di perbankan tapi dengsn sinergi tadi kami harapkan likuiditas longgar bisa mengalir ke sektor riil," ujarnya.

Dalam langkah kebijakan ini, Perry juga menegaskan bank sentral akan terus menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. "Kami melihat nilai tukar Rupiah masih akan menguat karena masih undervalue," jelasnya.

Kedua adalah mendukung pembiayaan ekonomi dengan melakukan kebijakan makroprudensial yang longgar. 'Kami di 2020 melonggarkan makroprudensial, baik likuiditas maupun juga pengaturan-pengaturan lain. "Jadi dukungan kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk dukung kredit dan pembiayaan bagi ekonomi," ujarnya.

Ketiga, sinergi bank sentral dengan Menteri Keuangan dalam bentuk dukungan BI dalam pembiayaan APBN. "Pada 2020 ada 2 mekanisme pembiayaan defisit APBN dari BI yakni menjadi pembeli langsung dan sebagai pembeli siaga Surat Berharga Negara (SBN).

"Pembelian langsung hanya 2020. Melalui pembelian siaga SBN masih bisa berlangsung pada 2021," ujarnya.

Keempat adalah koordinasi dengan Menkeu dalam pembiayaan ekonomi, khususnya pembiayaan jangka panjang seperti obligasi dan lain-lain.

Kelima adalah mendukung ekonomi keuangan digital yang meningkat sangat cepat dan tinggi baik dalam bentuk pertumbuhan e-commerce, uang elektronik, dan digital banking.

"Kami juga dalam proses menyambungkan layanan digital fintech dan interlink yang konsumen bisa pilih. Kami juga membangun fast payment yang cepat selesaikan transaksi ritel dan umkm," ujarnya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedih, Perbaikan Ekonomi RI Tak Secepat yang Diperkirakan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular