
Pengembangan Vokasi Jadi Strategi Genjot Daya Saing Ekonomi

Jakarta, CNBC Indonesia- Kebijakan pendidikan vokasi dapat menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan dapat langsung diserap oleh industri. Meski demikian masih banyak kesalahan persepsi mengenai pendidikan vokasi, padahal sekolah kejuruan ini dapat menyesuaikan dengan kondisi industri per daerah dan mengangkat kekuatan masing-masing.
Wakil Ketua Umum Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anton Supit mengatakan vokasi seharusnya bisa menjadi sebuah strategi ekonomi seperti yang dilakukan oleh negara-negara maju. Dia menegaskan vokasi merupakan sistem ganda yang memberikan masa depan cerah bagi industri, dan menjawab kebutuhan tenaga kerja bagi industri.
"Pemahaman dasar ini yang harus dipahami pengusaha karena semua bicara voaksi ini betul-betul ada skala ekonominya, dan pemerintahnya yang lebih aktif. Salah satu effort pemerintah adalah insentif ini dan ini bukan hanya sekedar jumlahnya, mereka yang mendapatkan tax ini mendapatkan manfaat dan pemerintah yang sudah berkorban pajaknya berkurang sehingga daya saingnya harus betul-betul naik," kata Anton, dalam "Apresiasi Pendidikan Vokasi Kepada Dunia Usaha dan Dunia Industri" dalam Indonesia Vocational Outlook 2020 pada Senin (21/12/2020).
Dia juga mengharapkan ada sistem nasional yang mengatur jalannya vokasi sehingga ada keseragaman dan pegangan daerah. Dengan begitu meski vokasi dapat dikembangkan sesuai potensi daerah masing-masing, namun tetap ada persamaan persepsi dan keselarasan dalam membangun pendidikan vokasi.
"Menurut kami kalau mau sustain harus ada UU vokasi dan ada lembaga khusus mengurus ini. Kalau diserahkan ke daerah nanti kembali lagi pemahaman vokasi menjadi bias. Biarlah pelaksanaan daerah dengan petunjuk dari pusat," katanya.
Untuk menyesuaikan teknologi yang digunakan industri menurut Anton, pemerintah tidak perlu berinvestasi mendatangkan mesin-mesin terbaru karena akan sangat mahal. Dia mengusulkan program pemagangan dengan 70% praktik dan 30% belajar sesuai dengan kompetensi yang diharapkan juga dibarengi dengan pengenalan dan penggunaan teknologi terbaru.
Selain itu, digitalisasi juga memegang peran penting bagi pendidikan vokasi untuk SDM dengan keterampilan sederhana dan yang akan diserap pada perusahaan besar. Dia mencontohkan Jerman telah merancang 11 profesi baru yang membutuhkan digitalisasi, dan memasukan pengurus rumah tangga di dalamnya, artinya profesi tradisional pun membutuhkan kemampuan digital ke depannya.
"Kalau tidak dibicarakan serius kita akan ada kemajuan tapi tetap tidak maksimal. Investor tidak akan nunggu kita menyelesaikan pekerjaan rumah. Sudah waktunya kita duduk bersama untuk meningkatkan kompetensi, vokasi yang benar dan efektif," kata Anton.
CEO Tamasia Global Sharia Muhammad Asad mengatakan pihaknya banyak terbantu dengan adanya lulusan dari vokasi, dan menilai mereka lebih siap dan cekatan dalam proses bekerja. Bahkan di perusahaannya sekitar 20-30% tenaga kerjanya berasal dari pendidikan voksi yang bisa ditingkatkan lagi ke depannya.
"Untuk pekerja di perusahaan yang kami anak-anak vokasi masuk di bidang IT. Kami ada sister company buat peleburan itu lebih banyak disana, total jumlah karyawan memang tidak terlalu banyak tetapi lulusan vokasinya ada 20-30%," kata Asad dalam kesempatan yang sama.
Dia pun mengakui pendidikan vokasi juga harus dibarengi dengan digitalisasi untuk mencapai efisiensi yang maksimal, terutama setelah terjadinya pandemi ini. Asad mengatakan ke depannya harus ada perubahan mindset dalam bekerja yang lebih dekat dengan teknologi, untuk itu SDM-nya pun harus siap.
"Untuk bidang IT saya banyak mengambil SMK karena banyak yang lebih jago, mereka lebih senang belajar sendiri kemampuan mereka lebih bagus. Makanya saya banyak mengambil anak2 vokasi, karena mereka lebih siap, kalaupun mengambil yang jam terbangnya lebih tinggi untuk IT paling yang berhubungan dengan IT security, atau yang lebih kompleks," ujar Asad.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ikuti Kelas Offline, Ajang Lulusan Vokasi Menambang Ilmu Baru