14 Tahun Mandek, Pipa Gas Cisem Diusulkan Dibiayai Negara

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
17 December 2020 16:37
Proyek Pembangunan Pipa Transmisi Gas Ruas Cirebon-Semarang (dok)
Foto: Proyek Pembangunan Pipa Transmisi Gas Ruas Cirebon-Semarang (dok)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah lama mandek, proyek pembangunan pipa gas transmisi ruas Cirebon-Semarang kini dipertimbangkan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto.

Djoko mengatakan, infrastruktur menjadi tanggung jawab pemerintah agar industri lain bisa berkembang. Proyek pipa Cirebon-Semarang ini merupakan bagian dari pembangunan infrastruktur, sehingga diharapkan industri sekitar bisa berkembang dengan adanya pipa transmisi tersebut.

"Rencananya kita usulkan (pipa Cisem) untuk dibangun dengan dana APBN, jadi infrastruktur tanggung jawab pemerintah," ungkapnya dalam webinar 'Catatan Akhir Tahun: Transisi Energi di Indonesia Sampai Di mana?', Kamis(17/12/2020).

Lebih lanjut Djoko mengatakan, selain ruas Cirebon-Semarang, dia juga mengusulkan pipa gas transmisi di ruas kawasan ekonomi khusus Sei Mangkei, Sumatera Utara juga didanai dari APBN.

Adapun dana yang dibutuhkan untuk menggarap proyek pipa transmisi tersebut menurutnya berpotensi mencapai sebesar Rp 8 triliun.

"Kita usulkan di Cisem dan Sei Mangkei, total biayanya Rp 8 triliun. Kemudian infrastruktur lainnya, kalau pipa distribusi bisa kita lelang, sepanjang pipa transmisi itu bisa tumbuh," ujarnya.

Seperti diketahui, proyek pipa gas transmisi Cirebon-Semarang ini sudah ground breaking pada 7 Februari 2020 lalu setelah 14 tahun mandek. Namun sayangnya, setelah prosesi pencanangan pipa gas tersebut, tidak ada kemajuan hingga akhirnya PT Rekayasa Industri (Rekind) selaku pemenang lelang memutuskan mundur dari proyek tersebut.

Setelah mundurnya PT Rekayasa Industri (Rekind) dari proyek pipa gas transmisi ruas Cirebon-Semarang pada Oktober lalu, belum lama ini dikabarkan pemenang lelang kedua dari proyek ini berminat untuk mengambil alih proyek pipa transmisi gas ini.

Hal tersebut disampaikan oleh Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Hari Pratoyo. Seperti diketahui, pemenang kedua dari proses lelang proyek yang dilakukan pada 2006 lalu adalah PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR).

"Sampai saat ini mengenai ruas Cirebon-Semarang, pemenang pertama lelang ruas tersebut mengundurkan diri. Dan pemenang kedua saat ini ada minat (ambil alih proyek)," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (01/12/2020).

Berdasarkan Rencana Induk tahun 2006, BPH Migas telah melelang ruas transmisi yang salah satunya adalah ruas Cirebon-Semarang. PT Rekayasa Industri (Rekind) ditetapkan sebagai pemenang lelang berdasarkan SK Kepala BPH Migas nomor 035/Kpts/PL/BPH Migas/Kom/III/2006 tanggal 21 Maret 2006 dengan spesifikasi penawaran lelang adalah diameter 28", panjang 255 km, kapasitas desain 350-500 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Biaya angkut (toll fee) ditetapkan BPH Migas sebesar US$ 0,36 per MMBTU pada 2006. Namun, PT Rekind menyatakan sudah tidak layaknya biaya angkut tersebut untuk diterapkan saat ini, maka perusahaan menyatakan mundur dari proyek ini.

"Karena keekonomiannya sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini. Harga toll fee US$ 0,36 per MMBTU yang kami tawarkan di tahun 2006, 14 tahun lalu, sudah sangat tidak feasible untuk dijalankan," tutur SVP Corporate Secretary & Legal Rekind Edy Sutrisman kepada CNBC Indonesia pada Rabu (14/10/2020).


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lama Mandek, BPH Migas: Rekind Mundur dari Proyek Pipa Cisem!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular