Internasional

Wew! Laut China Selatan hingga Timur 'Dag Dig Dug' ke China

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
16 December 2020 10:02
Japanese and Chinese national flags flutter near a portrait of the late Chinese leader Mao Zedong at the Tiananmen Gate in Beijing, Friday, Oct. 26, 2018. Japanese Prime Minister Shinzo Abe held a second meeting with his Chinese counterpart Li Keqiang on Friday during the first formal visit to Beijing by a Japanese leader in nearly seven years that heralds warming ties following years of acrimony. (AP Photo/Andy Wong)
Foto: AP/Andy Wong

Jakarta, CNBC Indonesia - Tindakan China di perairan Laut China Timur yang disengketakan memicu kekhawatiran akan konflik terbuka di Jepang. Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi menyoroti kekhawatiran Tokyo atas upaya Beijing yang "secara sepihak mengubah status quo dengan paksaan".

Kishi berbicara melalui video dengan Penasihat Negara China dan Menteri Pertahanan Wei Fenghe setelah empat kapal China memasuki perairan dekat Kepulauan Senkaku di Laut China Timur. Ia meminta Wei untuk "menghilangkan perhatian masyarakat internasional dengan meningkatkan transparansi atas kebijakan pertahanan China dan kekuatan militernya".

Pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan Jepang menegaskan bahwa kedua pejabat tersebut telah membahas masalah terkini di wilayah yang diperebutkan Ini juga memperjelas klaim kepemilikan Jepang atas Kepulauan Senkaku.

"Kedua Menteri bertukar pandangan tentang hubungan Jepang-China dan masalah keamanan regional," ujar pernyataan tersebut, dikutip dari Express, dilansir Rabu (16/12/2020).

"Mengingat situasi di Laut China Timur, termasuk perairan di sekitar Kepulauan Senkaku, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari wilayah Jepang, Menteri Kishi dengan tegas menyampaikan posisi Jepang atas Kepulauan Senkaku."

Kishi juga menekankan sikap Tokyo atas sengketa Laut Cina Selatan, menyoroti dukungan Jepang untuk supremasi hukum dan pengendalian diri.

"Selanjutnya, Menteri Kishi mendesak China untuk menghilangkan kekhawatiran komunitas internasional dengan meningkatkan transparansi atas kebijakan pertahanan China dan kekuatan militernya," tambah pernyataan tersebut.

Dalam beberapa bulan terakhir, China mulai meningkatkan kehadiran maritimnya di wilayah Laut China Selatan dan Laut China Timur, yang menyebabkan ketegangan dengan negara-negara tetangga.

Komunikasi Kishi dan Wei diakhiri dengan konfirmasi bahwa mereka akan melanjutkan pembicaraan. Menurut Kementerian Pertahanan Jepang, mereka mengakui pentingnya hubungan yang stabil dan damai antara kedua negara, serta dalam komunitas internasional.

Bulan lalu terungkap bahwa Jepang telah merancang rangkaian jet tempur baru, dengan biaya hampir US$ 10 miliar sebagai upaya untuk menghadapi kemajuan militer China yang kian meningkat.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Taro Kono mengatakan Tokyo akan memprioritaskan kebijakan pembuatan pesawat tempur generasi mendatang. "Kita harus membuat penilaian yang berani dan komprehensif dari Pasukan Beladiri Udara, Maritim, dan Udara," kata Kono.

Prototipe pesawat baru akan diproduksi pada tahun 2024 dan jet baru tersebut diharapkan dapat menggantikan armada F-2 Jepang ketika mereka pensiun pada tahun 2035. Sementara biaya skema pesawat tempur baru diperkirakan 1 triliun yen.

Situs berita Jepang Sankei Shimbun mengungkapkan Jepang saat ini memiliki 309 jet tempur versus 1.080 yang dimiliki China. Tetapi Tokyo memformat kebijakan dengan harapan akan memiliki sekutu, terutama Amerika Serikat, dalam masalah apapun dengan China.

Liberty Times, outlet berita Jepang, melaporkan jet baru akan digunakan untuk "mencegah keadaan darurat" di Selat Taiwan.


(sef/sef) Next Article Awas, Jet Tempur China & Jepang Adu Kuat di Laut China Timur

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular