
Wujudkan Link & Match Sejati, Bukan Sekedar MoU!

Jakarta, CNBC Indonesia- Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarinto mengatakan pernikahan antara vokasi dan industri bukan hanya sekedar MoU, melainkan kerja bersama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Selain itu, mindset lama dari dunia pendidikan pun harus ditiadakan sehingga bisa melakukan inovasi dan penyesuaian kurikulum yang sesuai dengan dunia industri.
"Bicara mindset itu gampang-gampang susah, tugas terbesar kita bersama adalah melakukan training untuk perubahan mindset dan leadership guru di seluruh Indonesia. Kalau tidak diubah mindsetnya percuma," kata Wikan dalam Webinar "Vokasi dan Kekuatan Ekonomi Daerah", Selasa, (15/12/2020).
Demi menanamkan mindset baru ini, Kemendikbud melakukan pelatihan kepada 3.000 guru SMK dan 1.000 Kepala SMK.Dia menegaskan, prinsipnya adalah secara konsisten mengubah mindset guru dan kepala sekolan untuk bisa menjadi duta sosialisasi super tax deduction yang dapat dimanfaatkan industri.
"Setiap rupiah yang dikeluarkan untuk vokasi, industri bisa mengklim dua kali nilai tersebut. Ini belum dipahami industri dan dunia pendidikan padahal bisa dijadikan pupuk untuk menguatkan," kata dia.
Kemendikbud juga mendirikan forum pengarah vokasi tingkat nasional dan daerah, atau rumah Vokasi. Harapannya pernikahan industri dan vokasi dapat dikawal di forum tersebut, yang bekerja sama dengan Kadin pusat dan daerah serta berbagi asosiasi dan perusahaan.
Selain itu, dia menilai sistem ijon bisa digunakan untuk mengoptimalkan link and match antara pendidikan vokasi dengan dunia industri. Hal ini bisa dilakukan dalam program mentor oleh dunia industri ketika membuka program magang bagi mahasiswa dan siswa vokasi.
"Kita harus membuang mindset lama, bukan sekedar tanda tangan MoU tetapi benar-benar link and match. Industri harus mau maju ke depan. Kurikulum dibikin bersama, diajar bersama, sertifikatnya kompetensi dicap bersama," ujar Wikan
"Industri harus mulai terbuka, pendidikan pun harus mau membuka dirinya, jangan sampai kampus pakai konsep lama, harus mau turun ke industri dan pandai merayu industri, dan industri pun juga jangan menunggu," tegasnya.
Untuk memastikan program ini berjalan maka pemerintah akan melakukan reformasi di level regulasi. Selain itu, kurikulum dari pendidikan vokasi juga harus direformasi.
"Kalau regulasi ga di-reform, guru-guru dan kepala sekolah takut. Makanya kurikulum kami reform," ujar Wikan.
Lebih rinci dia menjelaskan dalam program mentor, maka magang bagi vokasi minimal 1 semester bahkan boleh lebih. Kemudian ada mata pelajaran wajib project based e-learning 3 semester.
"Jadi anak-anak SMK tak hanya hebat hard skill tetapi soft skill. Kalau kemampuan komunikasi tak baik, teamwork, ya nanti percuma," ujarnya.
"kita harus mengubah mindset guru dan kepala sekolah untuk membuat inovasi tanpa ketakutan aturan, dan ini ekosistem yang mau kami buat," ujarnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ikuti Kelas Offline, Ajang Lulusan Vokasi Menambang Ilmu Baru