Harga Batu Bara Terbang atau Ambles, Gasifikasi Tetap Cuan!

Tirta Widi Gilang Citradi, CNBC Indonesia
14 December 2020 19:45
Bongkar Muat Batu bara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara.
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Dari sisi bisnis, proyek gasifikasi batu bara menjadi DME sebenarnya juga membawa dampak ekonomi yang banyak. Berikut ini adalah dampak ekonomi secara luas dari adanya proyek DME yang saat ini diinisiasi oleh PTBA. 

Pertama, pemanfaatan sumber daya alam yang lebih optimal. Indonesia terkenal sebagai produsen sekaligus eksportir batu bara global. Cadangan batu bara nasional ditaksir mencapai 32,3 miliar ton dengan 92,5% merupakan batu bara kalori rendah dan sedang. 

Dengan asumsi produksi rata-rata per tahun di angka 550 juta ton dan tidak ditemukan cadangan batu bara baru, maka jumlah tersebut cukup untuk 59 tahun lagi.

Hal ini berbeda dengan cadangan minyak yang terus menipis dan lifting yang terus merosot sehingga kebutuhan bahan bakar terutama untuk memasak seperti LPG Indonesia harus bergantung pada impor. 

Kebutuhan LPG yang terus meningkat sementara produksi terus menurun membuat lebih dari 70% pasokan LPG di Tanah Air disuplai dari impor.

Dengan adanya proses gasifikasi batu bara ini, maka ketergantungan terhadap impor bisa diturunkan 10-17% dan bisa menghemat cadangan devisa hingga Rp 9,7 triliun per tahun dan neraca perdagangan hingga Rp 5,5 triliun per tahun. Ini menjadi keuntungan kedua dari proyek hilirisasi batu bara ini. 

Keuntungan ketiga, keberadaan proyek ini juga mendongkrak nilai investasi di dalam negeri. Masuknya Air Products untuk menggarap proyek ini telah menambah investasi asing ke dalam negeri sebesar Rp 30 triliun. 

Keempat,  adanya proyek dan investasi ini membuat lapangan pekerjaan menjadi terbuka. Adanya proyek DME akan menggerakkan industri nasional yang melibatkan tenaga lokal dengan penyerapan jumlah tenaga kerja sekitar 10.570 orang pada tahap konstruksi dan 7.976 orang pada tahapan operasi.

Kelima, DME lebih efisien ketimbang LPG. Hal ini sudah dibuktikan oleh Lemigas Balitbang ESDM. Hasil uji coba kami menunjukkan bahwa efisiensi kompor meningkat dari rata-rata 61,9% dengan penggunaan LPG, menjadi 73,4% apabila menggunakan DME, sehingga keperluan DME untuk kebutuhan memasak terjadi penurunan, lebih rendah dibandingkan kebutuhan kalori teoritisnya.

Keenam, merupakan salah satu bentuk konkret untuk mendukung kebijakan bauran energi dan menyongsong masa depan Indonesia yang lebih mandiri dari sisi pemenuhan kebutuhan energi domestik. Hal ini akan turut mengurangi risiko besar shock di perekonomian dan nilai tukar ketika terjadi fluktuasi tinggi harga energi global.

Secara keseluruhan, proyek gasifikasi batu bara menjadi DME ini memang memberikan faedah yang lebih banyak. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular