
AS Cabut, Gimana Nasib Proyek Gasifikasi Batu Bara Jokowi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) sebagai substitusi impor dari LPG akan tetap berjalan. Sekalipun perusahaan petrokimia asal Amerika Serikat yakni Air Products and Chemicals Inc memilih keluar dari kerja sama proyek tersebut.
Seperti diketahui, Air Products sendiri memilih tidak lagi melanjutkan kembali dua proyek gasifikasi batu bara di Indonesia. Keduanya yakni terkait proyek DME sebagai pengganti LPG dengan PTBA dan Pertamina, serta proyek gasifikasi batu bara menjadi etanol dengan perusahaan Group Bakrie, PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia.
Plh Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Idris Sihite mengatakan keluarnya Air Products di dua kerja sama proyek gasifikasi batu bara tidak akan berdampak pada rencana hilirisasi tambang di dalam negeri.
Mengingat, kewajiban hilirisasi sudah diamanatkan di dalam Undang-Undang No.3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba), terutama bagi PKP2B yang kontraknya telah mendapatkan perpanjangan menjadi IUPK.
"Antara PTBA dan Air Products itu skema bisnis yang mungkin belum ketemu aspek keekonomian dan sebagainya walaupun di dalamnya ada rencana untuk substitusi ketergantungan impor LPG tapi untuk hilirisasi mau Air Products dan produk-produk lain harus tetap menjalankan hilirisasi," kata dia di Gedung Kementerian ESDM, dikutip Jumat (10/3/2023).
Menurut Idris pemerintah juga telah mengumpulkan beberapa perusahaan-perusahaan batu bara yang mempunyai kewajiban hilirisasi. Terutama untuk mengingatkan agar komitmen mereka dalam menjalankan hilirisasi di dalam negeri tidak kendor. "Kemarin lusa kita sudah kumpulkan perusahan perusahaan batu bara yang memiliki kewajiban hilirisasi itu dan menagih komitmennya karena perpanjangan itu mensyaratkan program hilirisasi itu," kata dia.
Di samping itu, Idris juga mengungkapkan terdapat investor asal China yang mulai berminat masuk dalam investasi gasifikasi batu bara di Indonesia. Terutama setelah Air Products berencana untuk tidak melanjutkan kembali proyeknya.
Meski demikian, Idris tidak membeberkan secara pasti siapa perusahaan asal China yang tertarik untuk menggantikan investasi Air Products di Indonesia. Hanya saja beberapa investor asal China itu bakal masuk pada sejumlah proyek hilirisasi batu bara, termasuk gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME).
"Oh banyak, bukan hanya ke PTBA tapi ke KPC dan lain sebagainya secara natural saja kan tercipta supply and demand pasti itu," kata dia.
Perlu diketahui, proyek DME di Tanjung Enim, Sumatera Selatan ini mulanya ditargetkan bisa menghasilkan 1,4 juta ton DME per tahun dan diperkirakan menyerap 6 juta ton batu bara per tahunnya.
Dengan produksi 1,4 juta ton DME per tahun, maka diperkirakan bisa menekan impor LPG sebesar 1 juta ton per tahunnya.
Proyek yang disaksikan langsung awal pembangunannya atau ground breaking oleh Presiden Jokowi pada 24 Januari 2022 ini bernilai investasi US$ 2,1 miliar dan bisa menghemat devisa pengadaan impor LPG hingga Rp 9,14 triliun per tahun.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Cabut, Proyek Gasifikasi Batu Bara Jokowi Tak Ekonomis?