
Dunia Mulai Tinggalkan Batu Bara, Tapi Tak Asia Pasifik!

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski sejumlah negara maju menggaungkan kampanye energi bersih dan mulai mengurangi, bahkan menghentikan pemakaian batu bara, namun permintaan batu bara di kawasan Pasifik diperkirakan masih akan terus meningkat, setidaknya hingga 2035.
Pada 2035 permintaan impor batu bara di kawasan Pasifik diperkirakan berpotensi mencapai 900 juta ton, naik dari permintaan impor tahun ini sekitar 800 juta ton.
Hal itu diungkapkan Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia dalam acara 'Minerba Virtual Expo 2020', Kamis (10/12/2020).
Dia mengatakan, perkiraan permintaan impor batu bara tersebut karena diperkirakan bakal meningkatnya permintaan impor dari negara-negara di Samudra Hindia menjadi lebih dari 200 juta ton dari perkiraan tahun ini hanya sekitar 100 juta ton, sementara Asia Timur diperkirakan mencapai 400 juta ton, meski diperkirakan menurun dari tahun ini sekitar 500 juta ton.
Begitu juga dengan permintaan impor batu bara di Asia Tenggara diperkirakan meningkat menjadi sekitar 250 juta ton pada 2035 dari sekitar 150 juta ton pada tahun ini.
"India dan China masih membutuhkan batu bara. Masih ada prospek sampai 40 tahun. Jepang berkurang, Korea Taiwan berkurang, paling tidak masih butuh hingga 1 dekade lagi," katanya.
Sementara permintaan batu bara pada tahun depan menurutnya masih dapat tumbuh walaupun belum menyentuh angka kenormalan sebelum pandemi. Dari data yang dipaparkannya, permintaan impor batu bara di negara-negara Asia Pasifik terlihat tidak jauh berbeda dari tahun ini, masih di kisaran 800 juta ton, dengan Asia Timur masih di kisaran 500 juta ton dan negara-negara di Samudra Hindia sedikit meningkat sekitar 150 juta ton.
Dia menyebutkan, sekitar 100 juta ton batu bara Indonesia diekspor ke negara kawasan Asia Pasifik. Pangsa pasar terbesar disumbang dari India dan Tiongkok yang mencapai 50%-60% dari total ekspor batu bara nasional. Lalu, disusul dengan negara kawasan Asia Tenggara yang mencapai 20%, dan Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan kumulatif sekitar 20%.
Terkait harga batu bara, menurutnya pascapandemi ini harga akan lebih stabil seiring dengan meningkatnya permintaan dari negara tujuan ekspor. Tercatat harga batu bara pada perdagangan Rabu (09/12/2020), harga kontrak Futures batu bara thermal Newcastle melesat 1,69% ke level US$ 78 per ton, harga ini menyentuh rekor tertinggi sepanjang tahun sekaligus tertinggi dalam satu setengah tahun.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Deretan Penambang Kelas Kakap yang Dapat Award Pemerintah
