Awas Perang! Jepang Gerah dengan Aksi China di Perairannya

Lidya Julita S., CNBC Indonesia
09 December 2020 16:10
A new type 094A Jin-class nuclear submarine Long March 10 of the Chinese People's Liberation Army (PLA) Navy participates in a naval parade to commemorate the 70th anniversary of the founding of China's PLA Navy in the sea near Qingdao in eastern China's Shandong province, Tuesday, April 23, 2019. (AP Photo/Mark Schiefelbein, Pool)
Foto: Kapal selam nuklir China (AP Photo/Mark Schiefelbein, Pool)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Jepang merasa bahwa aktivitas kemaritiman China di perairan sekitar negaranya merupakan sebuah ancaman. Apalagi, wilayah tersebut masih dalam perselisihan antar kedua negara ini.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Divisi Urusan Luar Negeri Dewan Riset Kebijakan Yasuhide Nakayama dalam program "Street Signs Asia" CNBC International sebagai bagian dari Milken Institute's Asia Summit, dikutip Rabu (9/12/2020).

"Kami merasa khawatir dengan kekuatan angkatan laut China yang berkembang di seluruh Samudra Pasifik," kata Yasuhide.

Diketahui, China dan Jepang telah lama berselisih tentang serangkaian pulau tak berpenghuni di Laut China Timur. Dikenal sebagai pulau Diaoyu hingga China dan pulau Senkaku hingga Jepang, kedua belah pihak telah sering berselisih mengenai wilayah yang disengketakan. Meski demikian pada bulan lalu sepakat untuk melanjutkan diskusi.

Pernyataan Nakayama ini muncul setelah pemberitaan mengenai Jepang, Prancis, dan Amerika Serikat akan mengadakan latihan militer bersama untuk pertama kalinya pada Mei mendatang, menurut Reuters.

Sebuah opini di tabloid Global Times pun menyebutkan Jepang melakukan latihan militer tersebut untuk menunjukkan bahwa ingin mengandalkan sekutunya untuk mendukung mendapatkan wilayah yang disengketakan sekaligus membatasi pembangunan China.

"Perselisihan antara China dan Jepang atas Kepulauan Diaoyu telah lama ada dan China memiliki bukti yang cukup untuk membuktikan bahwa pulau-pulau tersebut selalu menjadi bagian integral dari wilayah China," kata artikel itu.

Nakayama mengatakan Beijing "secara sepihak" telah mengubah status quo di Laut China Timur. Padahal ia menilai wilayah tersebut merupakan bagian dari Jepang.

"Setiap hari kapal China, kapal penjaga pantai berusaha masuk ke perairan teritorial kami," katanya.

Bahkan ia menyebutkan, pada Oktober lalu sebuah kapal China tinggal di perairan Jepang selama lebih dari 57 jam.

"Ini menjadi perhatian yang sangat besar bagi kami," tegasnya.


(wia/wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Cuma Jepang, WN China Juga Ramai-Ramai Tinggalkan RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular