Jakarta, CNBC Indonesia - Konsumsi adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. Konsumsi, utamanya konsumsi rumah tangga, menyumbang lebih dari separuh dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Ada fenomena yang menarik soal konsumsi ini. Bank Indonesia (BI) melaporkan, porsi pendapatan masyarakat yang digunakan untuk konsumsi pada November 2020 adalah 68,8%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 69,4%.
Kalau pengeluaran untuk konsumsi turun, pasti dialihkan ke tempat lain dong. Nah, ada peningkatan porsi pendapatan yang dipakai untuk membayar cicilan utang dan menabung.
Pada November 2020 dibandingkan bulan sebelumnya, porsi pendapatan untuk konsumsi turun 0,6 poin persentase. Sementara porsi pendapatan untuk membayar cicilan dan menabung masing-masing naik 0,5 poin persentase dan 0,1 poin persentase.
So, terlihat bahwa pembayaran cicilan utang adalah penyebab penurunan konsumsi. Gara-gara terbeban bayar cicilan kredit, konsumsi harus dikorbankan. Ini sama saja dengan membuat tulang punggung ekonomi nasional keropos.
HALAMAN SELANJUTNYA >> Bank Kudu Turunkan Bunga!
Mungkin, sekali lagi mungkin, penyebab beratnya beban cicilan ada suku bunga yang tinggi. Per September 2020, rata-rata suku bunga kredit konsumsi rupiah bank umum ada di 11,1% per tahun.
Dibandingkan posisi akhir 2019, suku bunga kredit konsumsi memang turun 52 basis poin (bps). Jauh dibandingkan penurunan suku bunga kredit modal kerja (66 bps), kredit investasi (84 bps), apalagi suku bunga acuan (125 bps).
Oleh karena itu, tidak salah meminta perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit (termasuk kredit konsumsi) lebih agresif lagi. Saat alokasi pendapatan masyarakat untuk membayar cicilan bisa dikurangi, maka konsumsi akan meningkat dan ekonomi bakal bergerak lebih cepat.
"Sudah saatnya perbankan segera menurunkan suku bunga dan menyalurkan kredit sebagai komitmen bersama untuk pemulihan ekonomi nasional," tegas Perry Warjiyo, Gubernur BI, belum lama ini.
Untuk menurunkan suku bunga kredit, bank harus terlebih dulu menekan suku bunga simpanan. Per akhir Oktober 2020, rata-rata suku bunga deposito tenor 12 bulan di bank umum ada di 5,96% per tahun.
Sejak akhir 2019, suku bunga produk simpanan yang kerap menjadi acuan ini terpangkas 87 bps. Lagi-lagi, sejatinya ruang untuk turun lebih dalam sangat terbuka tetapi belum terwujud.
Prasayat menuju ke arah sana sudah ada. Misalnya, biaya dana (cost of fund) perbankan sekarang lebih murah.
Suku bunga Indonesia Overnight Index Average (IndONIA) per 7 Desember 2020 adalah 3,04%. Turun drastis 184 bps dibandingkan posisi akhir 2019.
Jadi, sebenarnya bank kini bisa mendapatkan dana dengan lebih murah. Ini tentu memberi ruang untuk menurunkan suku bunga simpanan dan kemudian kredit.
TIM RISET CNBC INDONESIA