
AS Reformasi Militer Besar-besaran, Siaga Perang Lawan China?

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) mengumumkan akan mereformasi besar-besaran Armada Pertama dalam Angkatan Laut (AL). Armada laut tersebut akan menyambangi wilayah Pasifik Barat dan Samudera Hindia secara masif.
Dilansir dari media Express.co.uk, Sekretaris AL Presiden Donald Trump, Kenneth Braithwaite, mengumumkan bahwa armada maritim itu akan bertanggung jawab atas keamanan laut Asia Tenggara dan Samudera Hindia. Wilayah Laut China Selatan (LCS) dan Selat Malaka merupakan salah satu diantaranya.
"Untuk memperbaiki postur kami di Indo-Pasifik, kami akan menyusun kembali Armada Pertama, menugaskannya tanggung jawab utama untuk wilayah Indo dan Asia Selatan sebagai armada ekspedisi," katanya dikutip Jumat (4/12/2020).
"Ini akan meyakinkan mitra dan sekutu kami tentang kehadiran dan komitmen kami di kawasan ini sambil memastikan setiap musuh potensial mengetahui bahwa kami berkomitmen terhadap keberadaan global, untuk memastikan supremasi hukum dan kebebasan laut."
Menurut Derek Grossman, analis pertahanan senior di Rand Corporation, langkah itu diarahkan ke China, saingan utama AS di teater Pasifik. Selain itu ia mengklaim bahwa AS akan menggandeng beberapa negara di sekitar kawasan itu untuk memuluskan rencananya.
"Untuk melindungi jalur komunikasi laut dari ancaman campur tangan China, akan masuk akal untuk meningkatkan patroli di wilayah itu, bekerja sama dengan India, tetapi juga dengan negara-negara yang berpikiran sama, Australia dan Jepang," katanya.
Ketegangan antara China dan AS telah meningkat secara dramatis selama empat tahun Trump sebagai presiden. Kedua negara adidaya itu telah bentrok karena perdagangan, virus corona, hak asasi manusia, Hong Kong, Taiwan, dan LCS.
Beijing telah mengklaim 80% atas kedaulatan atas sebagian besar LCS. Klaim ini dibuat berdasarkan "sembilan garis putus-putus" yang tumpang tindih dengan negara Asia Tenggara, seperti Malaysia, Vietnam, Filipina dan Brunei.
Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan peperangan yang besar. Dalam konflik ini AS mengatakan akan membantu negara-negara yang berkonflik dengan China tersebut untuk mempersempit kekuasaan China atas wilayah laut yang kaya hasil alam itu.
Bahkan pada tahun 2018 lalu kapal AL AS sempat bersitegang secara langsung dengan kapal tempur China.
Sementara itu dalam isu Taiwan, Beijing mengklaim bahwa Taiwan adalah bagian dari negara itu. Klaim ini ditolak mentah-mentah oleh Washington yang berhaluan ideologi sama dengan wilayah pulau itu.
Dalam sejarahnya, Armada Pertama AL AS terakhir bertugas pada tahun 1973. Kembali terbentuknya armada laut itu menunjukkan kepentingan AS yang sangat besar di kawasan yang sangat berkembang itu.
Saat ini AS memiliki enam armada, yang masing-masing berbasis di sekitar wilayah tertentu untuk menghadapi ancaman tertentu. Menurut ABC News diharapkan banyak kapal untuk armada baru akan datang dari Armada ke-7 yang beroperasi di luar Jepang. Sementara itu, Singapura dilirik sebagai markas dari Armada Pertama itu.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Insiden Baru Laut China Selatan, Militer China Usir Kapal AS