Covid-19 Rekor Terus, Morgan Stanley Masih Percaya Sama Ri!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
04 December 2020 14:02
Morgan Stanley
Foto: Morgan Stanley (REUTERS)

Kuartal kedua dan ketiga menjadi saksi nyata. Untuk pertama kalinya dalam kurun waktu lebih dari 20 tahun terakhir Indonesia jatuh ke jurang resesi. Tak tanggung-tanggung pada kuartal kedua output ekonomi minus lebih dari 5% dan di kuartal ketiga membaik meski masih minus lebih dari 3%. 

Para pemangku kebijakan berupaya untuk meredam dampak dari pandemi agar tidak menyeret ekonomi Tanah Air semakin dalam ke jurang resesi. Stimulus pun diberikan ke berbagai sektor baik ke kesehatan untuk menangani wabah maupun sektor lain untuk menggerakkan perekonomian. 

Pemerintah sebagai otoritas fiskal menggelontorkan stimulus lebih dari Rp 677 triliun untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Pendapatan dari pajak yang ambles di tengah tingginya kebutuhan untuk mendongkrak perekonomian membuat defisit fiskal bengkak.

Sampai akhir tahun defisit APBN dipatok di angka 6%, padahal tahun lalu hanya di kisaran 2% saja. Untuk pertama kalinya juga Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter ikut membantu menambal defisit pemerintah tersebut dengan mekanisme burden sharing

BI selaku bank sentral juga menerapkan kebijakan moneter yang longgar. Salah satunya adalah memangkas suku bunga acuan hingga lima kali dalam setahun ini sebesar 125 basis poin. BI-7 day Reverse Repo Rate yang tadinya berada di angka 5% kini menjadi 3,75% dan menjadi level terendah dalam sejarah. 

Semua itu diharapkan mampu untuk membangkitkan perekonomian yang mati suri pasca pandemi nanti. Meski prospek pertumbuhan ekonomi kuartal empat diramal masih akan minus, bank investasi global Morgan Stanley (MS) optimis tahun 2021 bakal menjadi tahun keemasan bagi Asia non Jepang (AxJ) termasuk Indonesia meski terjadi kenaikan kasus infeksi Covid-19 belakangan ini.

Dalam laporan terbarunya yang dirilis pada 2 Desember lalu dengan tajuk 'Tracking Covid-19 : When Goldilocks Meets Covid-19 Resurgence', bank investasi Wall Street itu masih punya prediksi bullish terutama untuk India, Indonesia dan Filipina. 

Menurut MS, percepatan laju pertumbuhan ekonomi di atas tren rata-rata, peningkatan inflasi yang jinak hingga kebijakan moneter yang longgar akan membentuk momentum prospek ekonomi yang lebih cerah tahun depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular