Ini Tanda Ekonomi Dunia Masih Madesu, RI Tak Terkecuali

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 December 2020 13:07
Penjualan Kendaraan (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Ilustrasi Penjualan Mobil (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) berdampak sangat besar bagi perekonomian. Ini karena mobilitas masyarakat berkurang drastis demi menghindari tertular virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 3 Desember 2020 mencapai 63.965.092 orang. Bertambah 591.432 orang (0,93%) dibandingkan sehari sebelumnya.

Sementara jumlah pasien meninggal adalah 1.488.120 orang per 3 Desember 2020. Bertambah 11.741 orang (0,8%) dibandingkan hari sebelumnya.

Dalam 14 terakhir (20 November-3 Desember 2020), rata-rata pasien yang tutup usia bertambah 10.085 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 8.777 orang per hari.

Untuk mengurangi ruang gerak penyebaran virus corona, kebijakan yang dikedepankan adalah pembatasan sosial (social distancing). Masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah (baik karena diperintah atau kesadaran sendiri). Sebisa mungkin bekerja, belajar, dan beribadah di rumah.

Salah satu dampak paling nyata adalah mobilitas warga anjlok. Misalnya di Indonesia, mobilitas dengan mengemudi per 2 Desember 2020 masih 84,94% di bawah normal. Rata-rata sepanjang 13 Januari-2 Desember 2020 adlaah 86,8% di bawah hari biasa.

Akibatnya, penjualan mobil lesu. Per Oktober 2020, penjualan mobil anjlok 48,98% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Memburuk ketimbang September 2020 yang turun 47,89% YoY.

Lembaga pemeringkat (rating agency) Fitch Ratings memperkirakan penjulalan mobil di Indonesia akan pulih secara bertahap mulai tahun depan. Namun untuk mencapai angka penjualan 1 juta unit seperti sebelum pandemi, sepertinya belum.

"Daya beli yang masih lemah dan lonjakan pengangguran akibat pandemi akan menurunkan permintaan mobil. Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) baru-baru ini menurunkan proyeksi penjualan 2020 menjadi 525.000 unit dari sebelumnya 600.000 unit," sebut keterangan tertulis Fitch.

Lembaga yang berbasis di Amerika Serikat (AS) itu memperkirakan penjualan kendaraan roda empat di Tanah Air pada 2021 bisa naik ke kisaran 700.000 unit. Walau membaik dibandingkan 2020, tetapi masih 30-40% di bawah 2019.

"Memang terlihat ada perbaikan sejak Juni 2020, tetapi secara fundamental permintaan masih lesu. Ketidakpastian seputar pandemi membuat konsumen menahan pengeluaran non-kebutuhan pokok," lanjut keterangan Fitch.

Ya, memang ada kecenderungan pandemi virus corona di Indonesa semakin menggila. Per 3 Desember 2020, jumlah pasien positif corona di Indonesia adalah 557.877 orang. Bertambah 8.369 orang (1,52%) dibandingkan posisi hari sebelumnya. Tambahan lebih dari 8.000 pasien dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak virus corona mewabah di Ibu Pertiwi.

Dalam 14 hari terakhir (20 November-3 Desember 2020), rata-rata pasien baru bertambah 5.311 orang dalam sehari. Naik tajam dibandingkan 14 hari sebelumnya yatu 4.123 orang per hari.

Laju pertumbuhannya juga semakin cepat. Dalam dua minggu terakhir, pasien baru bertambah rata-rata 1,03% per hari. Lebih tinggi ketimbang dua pekan sebelumnya yakni 0,91% setiap harinya.

Pandemi virus corona adalah fenomena global, tidak hanya terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, yang namanya penurunan penjualan mobil juga dialami oleh banyak negara.

Mengutip data Marklines, penjualan mobil pada November 2020 di 21 negara rata-rata turun 4,3% YoY. Sedikit membaik ketimbang bulan sebelumnya yang turun 4,9% YoY.

Lembaga pemeringkat Moody's Investor Services memperkirakan penjualan mobil di seluruh dunia tahun ini anjlok 14%. Penurunan permintaan akan lebih dalam di negara-negara Barat.

Di Eropa, Moody's menilai penjulan bisa ambles sampai 30% tahun ini. Sementara di AS, penjualan diperkirakan ambrol 25%. Kemudian di China, penjualan juga turun tetapi tidak sedalam di Eropa atau AS yaitu 'hanya' 10%.

"Ke depan, penjualan mobil kami perkirakan tumbuh 11,5% pada 2021. Namun ini lebih karena basis yang rendah pada 2020," kata Falk Frey, Senior Vice President Moody's, sebagaimana dikutip dari siaran tertulis.

Penjualan mobil adalah salah satu indikator penting dalam perekonomian. Bahkan statusnya adalah indikator permulaan (leading indicator) yang bisa menggambarkan arah ekonomi ke depan.

Sebab, penjualan mobil mencerminkan keyakinan konsumen. Jika mobil, yang merupakan kebutuhan sekunder atau bahkan tersier, naik penjualannya, maka artinya konsumen punya daya beli yang kuat dan yakin terhadap prospek pendapatan ke depan. Konsumen yakin bahwa dalam beberapa tahun ke depan pendapatannya tidak akan berkurang, sehingga berani membeli mobil.

Nah, kalau penjualan mobil ambrol, artinya konsumen tidak pede dalam mengarungi samudera perekonomian. Konsumen tidak yakin apakah besok masih bisa pendapatan atau tidak, karena gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat kelesuan ekonomi masih saja terjadi.

Oleh karena itu, laju pertumbuhan penjualan mobil biasanya selaras dengan pertumbuhan ekonomi. Saat penjualan mobil jeblok, siap-siap ekonomi pun bakal rontok.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular