Bisnis Agen Travel Megap-Megap: Jual Rapid Test Sampai Jastip

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
02 December 2020 16:05
Calon penumpang Kereta Api Kertajaya menyiapkan barang di gerbong kereta Api di Stasiun Senen, Jakarta, Jumat (23/10). Pantauan CNBC Indonesia jelang masa libur panjang terlihat antrian penumpang yang naik kereta api. Salah satu calon penumpang mengatakan lebih pulang lebih awal untuk menghindari kehabisan tiket.  Penumpang kereta api (KA) diprediksi melonjak pada masa libur panjang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan cuti bersama pekan depan. Mengantisipasi lonjakan itu, PT Kereta Api Indonesia (Persero) menambah perjalanan kereta api yang melayani pelanggan sebanyak 13%. VP Public Relations KAI Joni Martinus menyebut, Jumlah perjalanan Kereta Api Jarak Jauh yang melayani pelanggan pada periode 27 Oktober hingga 1 November 2020 sebanyak 505 KA. Angka itu naik 13% dibandingkan pada 20 hingga 25 Oktober sebanyak 448 KA.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Penumpang Kereta Api Jarak Jauh di Stasiun Senen, Jakarta, Jumat (23/10). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis agen travel harus berusaha lebih keras dalam menghidupi perusahaannya saat ini. Berbagai cara dilakukan demi bisa bertahan setelah diterpa badai Covid-19 selama sembilan bulan terakhir. Mulai dari jasa titip (jastip) oleh-oleh khas daerah, menjual voucher tes rapid hingga penyewaan sepeda.

Sekjen Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno mengungkapkan bahwa tidak ada cara lain yang bisa dilakukan selain memaksimalkan celah pasar yang ada untuk berusaha.

"Karena kita benar-benar perlu every single cent untuk membayar pajak segala macam. Misal jastip (jasa titip) oleh-oleh daerah, misal makanan Belitung, Medan dikirim ke Jakarta. Menjual juga voucher PCR dan Rapid test, bahkan sepeda juga mulai disewakan. Semua yang berkaitan dengan travel ya udah itu kita jual," kata Pauline kepada CNBC Indonesia, Rabu (2/12).

Cara tersebut harus dilakukan perusahaan agen travel karena permintaan jasa pada sektor ini ambles. Bukannya masyarakat enggan keluar untuk berwisata, namun saat ini sebagian masyarakat sudah mulai mengalihkan pola berliburnya, dari yang semula rombongan menjadi keluarga.

"Pembelian voucher hotel meningkat tapi itu tidak berdampak langsung ke teman-teman tour operator di daerah, terutama kaya di Bali. Hotel sudah ada peningkatan, okupansi mulai meningkat, destinasi objek-objek sudah mulai kelihatan turis datang liburan, tapi travel agent nganggur. Ya karena orang nggak beli paket (perjalanan wisata). Belinya hotel aja, tiket aja," kata Direktur PT Elok Tour itu.

Harapan untuk mendulang kembali pemasukan sebenarnya bisa terjadi pada libur panjang akhir tahun ini. Sayangnya, itu urung terjadi akibat Pemerintah membatalkan libur tersebut. Harapan untuk mengandalkan di bulan-bulan berikutnya pun bakal sulit.

"Dari bulan ke bulan, Januari menjadi bulan paling sepi buat kita. Jadi kita nggak bisa berharap banyak. Dulu oke lah Januari bisa ditunggu, terutama tour operator di daerah berharap pada turis-turis China karena berharap pada Chinese New Year. Kita nggak tau apa Januari depan akan dibuka untuk turis asing atau traveler China bisa masuk," katanya.

Alhasil, tahun ini menjadi yang paling berat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, sejak awal tahun, keadaan tidak bisa bersahabat dengan industri agen travel.

"Kemudian Golden Week Jepang lewat, libur lebaran lewat, Tengah tahun yang mestinya libur musim panas di beberapa negara Amerika, Eropa, Middle East liburan yang biasa Lombok Bali itu panen di Juli-Agustus itu juga lewat," jelasnya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bisnis Jastip Mulai Bikin Resah, Bos Ritel Minta Diatur Ketat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular