Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas manufaktur dunia masih dalam fase ekspansi pada November 2020. Namun ekspansi tersebut dihantui oleh ketidakpastian karena gelombang serangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang tak kunjung berakhir.
Purchasing Managers' Index (PMI) menjadi indikator utama dalam mengukur kinerja industri, baik manufaktur maupun jasa. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik start, di atas 50 berarti industriawan sedang dalam fase ekspansi.
Pada November 2020, HIS Markit-JPMorgan melaporkan PMI manufaktur global berada di angka 53,7. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 53 sekaligus menyentuh titik tertinggi dalam hampir tiga tahun terakhir.
"Di tengah perkembangan pandemi virus corona di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, sangat melegakan bisa melihat aktivitas manufaktur dunia bisa meningkat. Ini adalah kenaikan ketujuh dalam tujuh bulan beruntun. Kabar lain yang menggembirakan adalah dunia usaha semakin yakin dengan peningkatan produksi ke depan, karena harapan vaksin segera datang," kata Olya Borichevska, Global Economist JPMorgan, seperti dikutip dari siaran tertulis.
 Sumber: IHS Markit-JPMorgan |
Meski demikian, Borichevska menggarisbawahi bahwa kebangkitan industri manufaktur belum merata. Di AS dan Asia terjadi peningkatan, tetapi di Eropa malah melemah akibat pemberlakuan karantina wilayah (lockdown) di berbagai negara Benua Biru untuk meredam penyebaran virus corona.
"Sejumlah negara Eropa membatasi aktivitas masyarakat, sehingga berdampak negatif terhadap kinerja sektor manufaktur. Kebalikannya, mobilitas warga AS seakan tidak banyak terpengaruh dengan perkembangan penyebaran virus," sebut Borichevska.
Ya, perekonomian dunia memang perlahan mulai bangkit tetapi lajunya belum stabil. Masih sporadis, sangat bergantung dari kondisi pandemi.
Seperti di Eropa, lockdown jilid II yang diterapkan sejak bulan lalu dan belum tahu kapan selesai menyebabkan ekonomi Benua Biru berjalan sangat lambat. Ekonomi Eropa yang sempat bangkit pada kuartal III-2020 kemungkinan melambat lagi pada kuartal berikutnya.
"Dalam beberapa pekan terakhir, kita menghadapi kembalinya pandemi dan berbagai upaya penanggulangan kembali dilakukan. Pemulihan ekonomi pun terganggu. Sepertinya ekonomi akan mengalami stagnasi pada kuartal IV-2020 sebelum tumbuh lagi pada kuartal IV-2020.
"Ekonomi Uni Eropa sepanjang 2020 diperkirakan terkontraksi 7,4% dan kemudian tumbuh 4,1% pada 2021 dan 3% pada 2022. Untuk Zona Euro, perkiraan kami adalah -7,8% pada 2020, 4,2% pada 2021, dan 3% pada 2022," papar Paolo Gentiloni, Komisioner Uni Eropa, dalam pidato pada5 November 2020, seperti dikutip dari situs Uni Eropa.
Sepanjang negara-negara lain tidak mengikuti jejak Eropa, maka roda ekonomi akan terus berputar. Aktiivtas manufaktur pun mampu tumbuh.
Misalnya di Indonesia. PMI manufaktur Indonesia pada November 2020 tercatat 50,6%, naik hampir tiga poin dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang sebesar 47,8.
"Seiring dengan relaksasi PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di Jakarta pada pertengahan Oktober, perusahaan menggenjot produksi pada bulan lalu. Peningkatan output mencapai titik tertinggi sejak survei PMI Indonesia dilakukan pada 9,5 tahun lalu," sebut keterangan resmi IHS Markit.
Permintaan juga meningkat, meski tidak signifikan. Penjualan barang konsumsi dan barang modal naik, tetapi tidak dengan bahan baku/penolong.
Dengan kenaikan permintaan yang masih terbatas, kapasitas produksi belum bisa terpasang optimal. Akibatnya, pengurangan tenaga kerja masih saja terjadi.
"Peralihan ke PSBB Transisi terbukti mampu meningkatkan kinerja sektor manufaktur Indonesia. Namun perusahaan masih ragu- untuk meningkatkan kapasitas produksi. Apakah perbaikan PMI ini bisa berlanjut akan sangat tergantung kepada pemulihan permintaan," kata Bernard Aw, Principal Economist IHS Markit, seperti tertuang dalam siaran tertulis.
Aktivitas manufaktur Indonesia bisa naik karena PSBB tidak ketat lagi. Namun. Perlu dicatat, kini kasus corona di Tanah Air sedang melonjak. Bahkan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan dan Wakil Gubernur Ahmad Riza Patria positif terjangkit virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.
Per 1 Desember 2020, Kementerian Kesehatan mencatat jumlah pasien positif corona adalah 543.975 orang. Bertambah 5.092 orang (0.94%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (18 November-1 Desember 2020), rata-rata pasien baru bertambah 4.966 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 4.006 orang setiap harinya.
Apabila situasi semakin memburuk, maka bukan tidak mungkin pemerintah kembali mengetatkan PSBB atas nama pengendalian wabah. Jika ini yang terjadi, maka Indonesia akan mengalami nasib serupa dengan Eropa. Ekonomi akan mati suri.
TIM RISET CNBC INDONESIA