
Heboh Foto Bocah Afganistan Buat Australia-China Makin Panas

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan Australia dan China making runcing. Setelah blokir sejumlah produk dilakukan China, kini kisruh muncul karena cuitan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China di media sosial.
Akun Jubir Kemlu China Zhao Lijian memuat gambar foto tentara Australia yang memegang pisau dan mengarahkannya ke leher seorang bocah Afghanistan. Ini mengundang seruan permintaan maaf dari Australia bahkan Perdana Menteri Scott Morrison menyebut tweet itu menjijikkan.
Namun, hal ini ditolak China. Dikutip dari NPR News, Jubir Kemlu China lainnya Hua Chunying menyatakan bahwa Beijing justru telah membongkar kekejaman yang dilakukan Australia.
"Pihak Australia telah bereaksi sangat keras terhadap tweet kolega saya," kata Hua Chunying dalam sebuah briefing, dikutip Selasa (1/12/2020).
"Mengapa demikian? Apakah mereka berpikir bahwa pembunuhan tanpa ampun mereka terhadap warga sipil Afghanistan dibenarkan, tetapi kecaman atas kebrutalan yang begitu kejam tidak? Kehidupan Orang Afghanistan penting!"
Hal senada juga dikatakan Kedutaan Besar China di Canberra. "Kemarahan dan raungan beberapa politisi dan media Australia hanyalah salah membaca dan merupakan reaksi berlebihan terhadap Tweet Zhao," katanya.
Sebelumnya "perang dagang" terjadi di antara kedua negara menyusul klaim Australia yang menyudutkan China mengenai asal usul virus corona Covid-19). Bukan hanya itu Negeri Kanguru juga vokal mengomentari soal hak asasi manusia di Uighur dan UU Keamanan Nasional Hong Kong.
Ini menimbulkan sejumlah sanksi China ke produk Australia mulai dari daging, hasil pertanian hingga batu bara. Pekan lalu, China juga sempat menaikan pajak wine impor dari Australia sebesar 212%.
Sementara itu, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan menyampaikan keprihatinan ke China atas penggunaan gambar tentara yang "tidak sebenarnya". Dalam sebuah penyelidikan independen soal kejahatan perang pasukan khusus Australia di Afganistan ditemukan 39 tahanan tak bersenjata tewas, termasuk warga sipil.
Ini menyeret 19 tentara untuk kemungkinan penuntutan pidata. Morrison juga telah meminta maaf kepada Presiden Afghanistan Ashraf Ghani sebelum rilis publik dari laporan investigasi dua minggu lalu.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dokumen China Bocor, Rilis 14 Alasan Ngamuk ke Australia
