Sepinya Tol Trans Sumatera, Rawan Begal & Truk Ugal-ugalan

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
27 November 2020 09:26
Hingga hari pertama arus balik pasca libur Natal (26/12), PT Hutama Karya (Persero) mencatat sebanyak 651.298 kendaraan telah melintasi Jalan Tol Trans Sumatra, baik pada ruas yang sudah beroperasi penuh maupun ruas fungsional. Angka ini diperkirakan masih akan terus bertambah mengingat masa liburan yang masih cukup panjang hingga tanggal 1 Januari 2020 mendatang. (HK)
Foto: Hingga hari pertama arus balik pasca libur Natal (26/12), PT Hutama Karya (Persero) mencatat sebanyak 651.298 kendaraan telah melintasi Jalan Tol Trans Sumatra, baik pada ruas yang sudah beroperasi penuh maupun ruas fungsional. Angka ini diperkirakan masih akan terus bertambah mengingat masa liburan yang masih cukup panjang hingga tanggal 1 Januari 2020 mendatang. (HK)

Djoko Setijowarno, dari MTI, mengatakan selain masalah sosial dan keamanan, keberadaan Tol Trans Sumatera punya sisi positif bagi ekonomi. Pastinya mobilitas orang lebih mudah dan kecepatan waktu tempuh semakin cepat.

Ia mengatakan waktu tempuh Jakarta-Palembang kini bisa diraih 8-10 jam, berbeda jauh dari sebelum adanya Tol Trans Sumatera yang harus ditempuh lebih dari 15 jam.

"Sekarang efek positifnya, Palembang dan Lampung mobilitas tinggi. Di Palembang kan nggak ada pantai, warga Palembang sering ke Lampung untuk ke pantai. Sebaliknya, warga Lampung sedikit mal, mereka ke Palembang yang lebih banyak mal-nya, cuma 3-4 jam, dulu sampai 10 jam," kata dosen Universitas Soegijapranata ini.

Kenapa Tol Trans Sumatera bisa sepi?

Persoalan tarif yang tinggi diduga jadi penyebabnya. Executive Vice President PT Hutama Karya (Persero) Muhammad Fauzan buka suara mengenai hal ini.

Menurutnya, perkara penetapan tarif sepenuhnya wewenang pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

"Saat ini tarif tol yang berlaku di JTTS sudah sesuai dengan SK Penetapan Tarif yang ditentukan oleh Kementerian PUPR selaku regulator," kata Fauzan kepada CNBC Indonesia, Kamis (26/11/20).

Sementara itu, ada pula masalah sopir truk yang ugal-ugalan atau fenomena truk oleng yang disengaja akibat permainan kemudi para sopir ugal-ugalan. Muhammad Fauzan mengakui adanya pengguna yang melintas di tol tersebut secara ugal-ugalan.

"Sejauh ini, pelanggar tata tertib memang masih kami temui, namun pada prinsipnya Hutama Karya selaku pengelola JTTS selalu menghimbau kepada pengguna jalan tol untuk menaati tata tertib yang berlaku di jalan tol," ujarnya.

Padahal, operator sudah semaksimal mungkin berupaya melakukan langkah-langkah antisipatif. Ia menegaskan bahwa Hutama Karya mengutamakan pentingnya pelayanan kepada semua pengguna.

"Dari sisi pelayanan, kami juga berusaha memberikan yang optimal dengan mengutamakan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan tol yang kami kelola pada saat trafik lenggang maupun padat," urainya.

Pun demikian dengan kerawanan terhadap aksi kriminalitas. Pihaknya senantiasa berkoordinasi dengan aparat berwenang, dalam hal ini Kepolisian Republik Indonesia (Polri) untuk menuntaskan setiap insiden yang terjadi.

"Dalam penanganan kejahatan yang terjadi di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS), manajemen memastikan untuk selalu berkoordinasi dengan pihak kepolisian daerah setempat agar dapat menyelidiki dan menindaklanjuti hal tersebut serta memastikan keamanan dan keselamatan pengguna jalan yang melintas di JTTS," urainya.

Terpisah, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, Danang Parikesit juga ikut angkat suara. Ia menjelaskan bahwa penetapan tarif diatur sesuai ketentuan PP No.15/2005 tentang Jalan Tol.

"Tarif tol dihitung dengan mempertimbangkan kemampuan bayar pengguna jalan tol, besar keuntungan biaya operasi kendaraan, dan kelayakan investasi," kata Danang kepada CNBC Indonesia, Kamis (26/11/20).

Adapun jika dalam penyelenggaraan jalan tol ternyata masyarakat kurang tertarik, maka sudah menjadi tanggung jawab operator atau Badan Usaha Jalan Tol (BUJT). Operator Tol Trans Sumatera adalah Hutama Karya.

"Risiko traffic ada pada BUJT tapi kita mendorong daerah untuk bisa menjadikan investasi jalan tol sebagai pendongkrak pertumbuhan ekonomi dan peningkatan lalu lintas," beber Danang Parikesit.

Sebelumnya, Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto buka-bukaan mengenai kondisi Tol Trans Sumatera. Ia menjelaskan bahwa banyak tantangan dalam operasional tol pada masa-masa awal saat ini.

"Yang pertama, adanya truk-truk yang besar, istilahnya adalah ODOL, over dimension over load. Ini merusak jalan tol dan juga mengancam keselamatan pengguna tol. Karena keberadaannya ini tidak standar dengan desain jalan tol ini," ujarnya dalam sebuah webinar, Rabu (25/11/20).

Selain itu, dia mengakui bahwa sampai saat ini traffic tol masih rendah, hal ini berdampak pada sejumlah persoalan lain.

"Dengan trafik yang rendah ini mengundang kejahatan. Oleh karena itu kami menyediakan patroli tiap saat, sehingga para pengguna tol ini akan aman dari gangguan keamanan di sekitar tol," kata mantan bos PT Adhi Karya Tbk (ADHI) ini.

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular