Blak-blakan Pengusaha Soal China Borong Batu Bara RI

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
27 November 2020 07:46
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar utama ekspor batu bara Indonesia adalah China, di mana ekspornya terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam lima tahun terakhir ekspor batu bara Indonesia ke China melonjak dua kali lipat menjadi 130 juta ton pada 2019 dari 75 juta ton pada 2015 lalu.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia saat wawancara dengan CNBC Indonesia, Kamis (26/11/2020).



Menurutnya rata-rata kenaikan ekspor batu bara ke China ini mencapai sekitar 13,3% per tahun. "Rata-rata kenaikan ekspornya setiap tahun sekitar 13,3%, ini luar biasa sekali," ungkapnya.

Dengan melihat tren tersebut dan usai ditandatanganinya kesepakatan pembelian batu bara dari perusahaan di China, maka pihaknya optimis tahun depan ekspor batu bara Indonesia ke China bisa mencapai 200 juta ton.



"Kita memang terlalu optimis, tapi kita berharap bisa ada kenaikan dari 130 juta ton ekspor ke China pada 2019, mudah-mudahan 2021 bisa mencapai 200 juta ton," lanjutnya.

APBI kemarin, Rabu (25/11/2020) baru saja menandatangani kesepakatan kerja sama dengan China Coal Transportation and Distribution Association (CCTDA) untuk meningkatkan ekspor batu bara dari Indonesia ke China senilai US$ 1,46 miliar atau sekitar Rp 20,6 triliun.

Menurutnya, jumlah yang telah disepakati dalam perjanjian ini adalah jumlah yang disepakati oleh perusahaan yang hadir di dalam penandatanganan saja, sehingga nilai riilnya ke depan akan lebih besar dari itu.

Kesepakatan kerja sama ini menurutnya akan berlaku selama tiga tahun dan setiap tahunya akan dikaji ulang.

"Kita lihat di 2019 sendiri impor Tiongkok terhadap batu bara Indonesia itu melebihi US$ 6 miliar. Ini sebagian kecil saja yang hadir kemarin sepakat US$ 1,46 miliar, tapi itu bagian dari kesepakatan kita untuk menuju 200 juta ton," ungkapnya.

Hendra menegaskan hubungan antar kedua negara Indonesia dan China sangat penting. Pasalnya ekspor batu bara dari Indonesia mencapai 32%-33% dalam beberapa tahun terakhir. Lalu, pada 2019 sebesar 49% impor batu bara China berasal dari Indonesia.

Lebih lanjut dia mengatakan Memorandum of Understanding (MoU) ini didorong karena keprihatinan menurunnya permintaan dari Tiongkok.

"Dan juga kami khawatir Tiongkok memperketat kuota impornya. MoU kita dorong agar pemerintah Tiongkok memberikan prioritas pada batu bara Indonesia dan memberikan relaksasi lagi," tuturnya


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan Bongkar Muat Batu Bara di Tanjung Priok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular