
Kala Yellen Jadi 'Juru Selamat', Ini Wajah Ekonomi AS Nanti

Jakarta, CNBC Indonesia - Nama Janet Louise Yellen alias Janet Yellen sudah malang melintang sebagai pejabat publik di Amerika Serikat (AS). Kini ekonom kawakan Paman Sam itu digadang-gadang bakal jadi Treasury Secretary (Menteri Keuangan) Negeri Adikuasa di bawah kepemimpinan Joe Biden.
Santer terdengar bahwa Janet Yellen mantan bos Federal Reserves (bank sentral AS) periode 2014-2018 akan ditunjuk oleh Presiden AS ke-46 terpilih Biden untuk menduduki kursi jabatan pengelola fiskal. Jika memang demikian, Yellen akan banting setir dari moneter ke fiskal.
Pemilihan Yellen sebagai menteri keuangan AS ini dipuji oleh mantan direktur Dewan Ekonomi Nasional Presiden Donald Trump yaitu Gary Cohn. Dalam sebuah cuitannya di twitter Cohn memandang bahwa Yellen adalah orang yang tepat untuk mengisi posisi tersebut di tengah masa-masa sulit seperti ini.
Bloomberg menulis Yellen adalah sosok yang dinilai mampu merangkul kaum kapitalis AS di Wall Street dengan kaum progresif yang cenderung anti terhadap pejabat yang terlalu ramah dengan bank-bank besar dan orang kaya di AS. Yellen juga dinilai bisa melakukan negosiasi bipartisan dan akan mendapat dukungan dari partai oposisi yakni Partai Republik.
Semasa Yellen menjabat sebagai ketua the Fed, tingkat pengangguran di AS turun 250 basis poin dari 6,7% menjadi 4,1%. Dalam empat tahun kepemimpinannya, lapangan kerja dan upah para pekerja pun mengalami peningkatan.
Sebagai seorang yang mendapat predikat doktor dari Yale University 1971 dan topik penelitian di sektor pasar tenaga kerja, Yellen dinilai paham permasalahan di sektor tersebut. Ia piawai meramu kebijakan yang solutif untuk berbagai permasalahan yang ada.
Untuk itu banyak pihak yang menilai Yellen memang cocok untuk menggantikan posisi Steven Mnuchin di tengah tingginya angka pengangguran di AS. Pandangan Yellen terkait stimulus juga sama dengan Biden dan Partai Demokrat.
Hal tersebut disampaikannya saat wawancara dengan Bloomberg ketika berbincang seputar stimulus, perekonomian dan pandemi Covid-19.
"Sementara pandemi masih sangat mempengaruhi perekonomian kita perlu melanjutkan dukungan fiskal yang luar biasa, bahkan lebih dari itu saya pikir akan diperlukan," kata Yellen 19 Oktober di Bloomberg Television.
Namun upaya meng-goal-kan stimulus yang bernilai jumbo tetaplah bukan perkara mudah. Saat ini Senat masih dikuasai oleh partai oposisi. Republikan menolak proposal stimulus ekonomi jilid II bernilai lebih dari US$ 2,2 triliun dan mengusulkan dengan besaran yang lebih rendah.
Diskusi stimulus ini terus berjalan dan belum mencapai titik temu. Padahal sudah berlangsung sejak bulan Mei.
Selain soal sektor tenaga kerja dan stimulus, ada satu hal lagi yang membuat Yellen dipandang pantas untuk menjadi Menteri Keuangan AS. Visinya terhadap perubahan iklim sama dengan Biden dan Demokrat.
Pada bulan Oktober, Yellen bergabung dengan mantan Gubernur Bank of England Mark Carney untuk mendesak pemerintah menangani perubahan iklim dengan cara yang bebas dari campur tangan politik.
Awal tahun ini Yellen bergabung dengan bank investasi termasuk JPMorgan Chase & Co., Goldman Sachs Group Inc., dan perusahaan minyak Exxon Mobil Corp., ConocoPhillips dan Shell Oil Co., mendesak pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan pajak atas emisi karbon.
Sampai di sini Yellen adalah orang yang tepat untuk Biden. Kombinasi Biden dan Yellen diharapkan mampu membawa perekonomian AS bangkit lagi dan memberikan wajah baru bagi perekonomian AS yang mendukung prinsip kesinambungan (sustainability) bersama fokus mengatasi masalah perubahan iklim.
(twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sah! Biden Calonkan Yellen Menkeu AS
