Kapan Ya RI Bisa Bebas Impor BBM?

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
24 November 2020 13:13
Harga premium di era kepemimpinan joko widodo
Foto: Infografis/Harga Premium/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus mendorong badan usaha, khususnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor minyak dan gas bumi yakni PT Pertamina (Persero) untuk meningkatkan kapasitas kilang BBM di dalam negeri, sehingga bisa mengurangi impor BBM.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia diperkirakan masih tetap akan impor BBM meski Presiden Joko Widodo (Jokowi) selesai menjabat pada 2024 mendatang.

Lalu, kapan RI bakal bebas dari jeratan impor BBM?

Pemerintah memperkirakan akan terjadi kelebihan suplai bahan bakar minyak (BBM) mulai 2026, terutama sejak semakin meningkatnya produksi BBM dari kilang domestik dan pasokan biodiesel yang semakin besar.

Pada 2026 produksi BBM dari kilang dalam negeri diperkirakan melonjak menjadi 84,27 juta kilo liter (kl), dua kali lipat dari tahun ini yang diperkirakan hanya 44,52 juta kl. Lalu, ditambah adanya pasokan dari bahan bakar nabati (BBN) atau biodiesel sebesar 12,80 juta kl. Sementara permintaan BBM pada 2026 diperkirakan mencapai 85,14 juta kl, naik dari tahun ini yang sebesar 69,72 juta kl.

Ini artinya, ada kelebihan pasokan sekitar 11,93 juta kl. Dengan demikian, pada 2026 dengan asumsi tersebut, maka Indonesia diperkirakan akan terbebas dari impor BBM.

"Diharapkan produksi BBM akan meningkat, sehingga pada 2026 diharapkan bisa sama antara demand (permintaan) dan produksi," tutur Tutuka Ariadji, Dirjen Migas Kementerian ESDM, saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (16/11/2020).

Dia mengatakan, peningkatan produksi BBM tersebut dengan asumsi mulai beroperasinya proyek kilang ekspansi Refinery Development Master Plan (RDMP) Balongan pada 2022, RDMP Balikpapan pada 2023, RDMP Cilacap dan kilang baru Tuban pada 2026.

Sementara proyeksi permintaan BBM dengan asumsi kenaikan 3,16% per tahun.

"Pada saat kebutuhan BBM terlampaui, kilang mampu memproses menjadi petrokimia," ujarnya.

Untuk pasokan BBN, dia mengatakan, meningkatnya jumlah pasokan BBN dengan asumsi pencampuran biodiesel sebesar 30%, lalu pengembangan diesel berbahan baku sawit atau dikenal dengan green diesel melalui pengolahan bersama dengan minyak fosil (co-processing) di kilang Dumai yang diperkirakan meningkat pada 2022.

Lalu, pada 2022 juga diharapkan proyek pengolahan green diesel di kilang Cilacap mulai beroperasi, lalu meningkat pada 2023. Pada 2024 unit pengolahan minyak sawit menjadi diesel (green refinery) di kilang Plaju beroperasi pada 2024.

Berdasarkan data tersebut, setidaknya sampai 2030 Indonesia akan terbebas dari impor BBM meski permintaan BBM akan terus semakin meningkat setiap tahunnya.

Pada 2027 permintaan BBM diperkirakan naik menjadi 87,83 juta kl, lalu naik menjadi 90,61 juta kl pada 2028, 93,47 juta kl pada 2029, dan 96,42 juta kl pada 2030.

Sementara dari sisi produksi BBM mulai 2026-2030 diperkirakan stabil di 84,27 juta kl per tahun. Namun, karena meningkatnya pasokan BBN, maka peningkatan permintaan masih bisa tertutupi dengan pasokan BBN.

Pada 2027 pasokan BBN diperkirakan naik menjadi 13,10 juta kl, lalu 13,40 juta kl pada 2028, 13,70 juta kl pada 2029, dan naik lagi menjadi 16,10 juta kl pada 2030.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ternyata Ini yang Bikin Investor Ogah Investasi Proyek Kilang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular