Jokowi Selesai Jadi Presiden, RI Juga Belum Bebas Impor BBM

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
24 November 2020 11:28
Impor Minyak Indonesia
Foto: Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski Presiden Joko Widodo (Jokowi) selesai menjabat sebagai Presiden RI pada 2024 mendatang, Indonesia diperkirakan masih tetap akan impor bahan bakar minyak (BBM), bahkan setidaknya sampai 2025.

Hal tersebut terungkap dalam bahan pemaparan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tutuka Ariadji saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, pekan lalu.

Dari bahan presentasinya tersebut menunjukkan bahwa pada 2025 impor BBM diperkirakan meningkat dibandingkan 2024 karena seiring meningkatnya jumlah permintaan BBM. Pada 2025 impor BBM RI diperkirakan mencapai 12,67 juta kilo liter (kl), naik dari 10,45 juta kl pada 2024.

Kebutuhan BBM pada 2025 diperkirakan naik mencapai 82,53 juta kl dari 80 juta kl pada 2024. Sementara produksi BBM diperkirakan sebesar 57,46 juta kl sejak 2023, karena beroperasinya proyek kilang ekspansi Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan pada 2023 dan Balongan pada 2022.

Sementara program biodiesel berkontribusi sebesar 12,40 juta kl pada 2025, naik tipis dari 12,10 juta kl pada 2024.

Jumlah impor BBM pada 2025 tersebut memang menurun bila dibandingkan dengan perkiraan impor pada 2020 ini. Pada tahun ini impor BBM diperkirakan mencapai 16,76 juta kl, dengan asumsi produksi BBM sebesar 44,52 juta kl dan kontribusi biodiesel sebesar 8,43 juta kl, sementara konsumsi diperkirakan mencapai 69,72 juta kl.

"Prognosa demand dengan asumsi kenaikan 3,16% per tahun. Pada saat kebutuhan BBM terlampaui, kilang mampu memproses menjadi petrokimia," ujarnya.


Sementara pada 2021, impor BBM diperkirakan meningkat menjadi 18,43 juta kl karena meningkatnya kebutuhan menjadi 72,16 juta kl, sementara produksi masih relatif stabil pada posisi 44,52 juta kl. Untuk produksi biodiesel ada tambahan menjadi 9,20 juta kl.

Pada 2022, impor BBM diperkirakan turun tipis menjadi 16,65 juta kl karena ada peningkatan dari sisi produksi BBM dalam negeri menjadi 47,83 juta kl dan biodiesel sebesar 10,20 juta kl, sementara permintaan juga naik menjadi 74,68 juta kl. Tambahan produksi BBM pada 2022 diperkirakan karena adanya tambahan produksi dari proyek RDMP Balongan.

Pada 2023-2025, produksi BBM dalam negeri diperkirakan naik menjadi 57,46 juta kl karena mulai beroperasinya proyek RDMP Balikpapan. Sementara produksi biodiesel diperkirakan naik menjadi 10,50 juta kl pada 2023, 12,10 juta kl pada 2024, dan 12,40 juta kl pada 2025.

Di sisi lain, permintaan BBM pada 2023-2025 juga terus meningkat menjadi 77,30 juta kl, 80 juta kl, dan 82,52 juta kl pada 2025. Dengan demikian, pada 2023 impor BBM mencapai 9,34 juta kl, namun pada 2024 naik lagi menjadi 10,45 juta kl, dan 12,67 juta kl pada 2025.

Adapun asumsi produksi BBN tersebut dengan asumsi pencampuran biodiesel pada solar sebesar 30% (B30), adanya pengembangan produksi solar dari bahan baku sawit atau dikenal dengan istilah green diesel melalui co-processing di kilang Dumai diperkirakan beroperasi pada 2022.

Lalu, ada juga tambahan green diesel dari kilang Cilacap mulai 2022, lalu meningkat lagi pada 2023. Pada 2024 ada tambahan green diesel dari kilang Plaju.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kapan Ya RI Bisa Bebas Impor BBM?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular