Maskapai 'Berdarah-darah', Butuh Rp 1.134 T Bertahan Hidup

Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
21 November 2020 07:45
An aerial photo shows Boeing 737 MAX aircraft at Boeing facilities at the Grant County International Airport in Moses Lake, Washington, September 16, 2019. REUTERS/Lindsey Wasson
Foto: Pesawat Boeing 737 MAX di fasilitas Boeing di Bandara Internasional Grant County di Moses Lake, Washington. (REUTERS/Lindsey Wasson)

Jakarta, CNBC Indonesia - Maskapai penerbangan global kini sedang 'berdarah-darah'. Setidaknya butuh hingga US$ 80 miliar (Rp 1.134 triliun) untuk bertahan hidup.

"Untuk beberapa bulan mendatang, industri diperkirakan membutuhkan bantuan tambahan US$ 70-US$ 80 miliar," kata kepala Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) Alexandre de Juniac kepada La Tribune, dikutip dari AFP, Sabtu (21/11/2020).



"Kalau tidak, mereka tak akan bertahan hidup."

Ia mengatakan semakin lama krisis berlangsung makan semakin besar risiko kebangkrutan. Hampir 40 maskapai penerbangan kini berada dalam situasi sulit.

Maskapai penerbangan adalah salah satu sektor yang paling terpukul karena upaya menahan laju kasus corona. Meski beberapa sudah menerima bantuan pemerintah hingga US$ 160 miliar.



Pembatasan perjalanan temasuk penguncian (lockdown) yang diberlakukan di awal krisis memaksa banyak maskapai penerbangan menghentikan hampir seluruh armadanya. Banyak pemerintah turun tangan dengan berbagai bentuk bantuan seperti pinjaman, suntikan tunai, dan dukungan untuk pekerja yang cuti.

Pelonggaran pembatasan sebenarnya telah dilakukan. Namun kasus yang kembali melonjak akhir-akhir ini, seiring masuknya musim dingin, membuat pengetatan kembali dilakukan.

Secara keseluruhan di 2020, IATA mencatat lalu lintas penerbangan turun 66%. Diramalkan aktivitas baru akan normal seperti 2019, di tahun 2024.

Mesk demikian pendapatan masih akan berada di setengah dari 2019, sekitar US$ 419 miliar. De Juniac kini memperkirakan maskapai penerbangan akan mengalami kerugian hingga $ 100 miliar, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar $ 87 miliar.

Ia menuturkan konsolidasi mungkin terjadi, di mana perusahaan membeli satu sama lain. Namun saat ini maskapai penerbangan dalam mode bertahan hidup.

Ia mengatakan kemungkinan akan ada lebih sedikit maskapai penerbangan di masa depan. "Namun mereka akan cukup kuat dan dinamis," katanya lagi.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 2 Maskapai Penerbangan Ini PHK Belasan Ribu Karyawan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular