China Tambah Terminal LNG, Peluang Ekspor bagi RI!

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
20 November 2020 12:10
INFOGRAFIS, Indonesia Masuk 5 Negara Terbesar Eksportir Gas
Foto: Infografis/Ekspor Gas Indonesia/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan minyak dan gas bumi asal China CNOOC akan menambah enam tangki penyimpanan gas alam cair (LNG) di terminal Binhai, bagian timur Provinsi Jiangsu dengan total kapasitas 1,62 juta meter kubik.

Dikutip dari Reuters, konstruksi pembangunan dari proyek ekspansi enam tangki penyimpanan LNG dengan kapasitas 270.000 meter kubik per tangki tersebut ditargetkan rampung pada 2023. Hal tersebut disampaikan Komisi Pengawas Aset Milik Negara China.

Pemerintah Provinsi Henan akan berinvestasi di dua tangki tersebut, tapi CNOOC akan mengoperasikannya untuk memenuhi kebutuhan gas di Henan dan Jiangsu.

Adapun tahap pertama terminal LNG Binhai ini didesain bisa menerima 3 juta ton LNG per tahun dan memiliki empat tangki penyimpanan dengan kapasitas 220.000 meter kubik untuk setiap tangkinya. Fase pertama diharapkan beroperasi pada 2021.

Meningkatnya terminal penyimpanan LNG di China merupakan potensi pasar bagi LNG Indonesia. Terlebih, ada sebanyak 2 juta per tahun (mtpa) LNG Indonesia yang sudah putus kontraknya dengan pembeli konsorsium asal Jepang (Western Buyer) pada akhir tahun ini, sehingga mulai Januari 2021 tidak ada lagi kontrak tersebut. Kontrak gas ini berasal dari kilang LNG Bontang, Kalimantan Timur yang dioperasikan Badak NGL, afiliasi PT Pertamina (Persero).

Selain itu, meningkatnya produksi LNG dari kilang Tangguh pada 2021 juga berpotensi menyebabkan adanya sejumlah kargo yang belum ada pembeli (uncommitted cargoes).

Arief Setiawan Handoko, Deputi Keuangan dan Monetisasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), mengatakan ekspansi terminal LNG di China tersebut tentunya menjadi peluang bagi Indonesia untuk memasarkan LNG ke sana. Untuk itu, pihaknya berusaha membuat LNG Indonesia kompetitif karena tentunya akan berhadapan dengan pemasok dari negara lainnya.

"Jelas itu peluang buat kita walau pesaing pemasok LNG sudah banyak, makanya kita harus bisa kompetitif," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (20/11/2020).

Dia mengatakan saat ini Indonesia juga telah memiliki kontrak ekspor LNG ke China, tepatnya ke CNOOC Fujian, dengan volume 2,5 juta ton per tahun (mtpa) atau sekitar 40 kargo per tahun.

Namun selain melalui kontrak ekspor ke Fujian, ada juga LNG Indonesia yang dijual ke China melalui pasar spot ketika kilang LNG Bontang dan Tangguh memiliki volume yang belum terkontrak pada tahun berjalan.

"Potensi ekspor ke China bisa dilakukan apabila memang kita bisa dapat pembeli," ujarnya.

Menurutnya, potensi ekspor ke China memang tinggi karena China berusaha mengurangi penggunaan batu bara dan beralih ke sumber energi lebih bersih seperti gas.

Berdasarkan data SKK Migas, produksi LNG Indonesia dari dua kilang LNG yakni kilang Bontang dan Tangguh selama Januari-September 2020 mencapai 155,6 standard kargo atau 75% dari target hingga akhir tahun ini yang sebesar 207,3 kargo. Produksi LNG dari kilang Bontang mencapai 63,4 kargo dan kilang Tangguh 92,2 kargo selama sembilan bulan tahun ini.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kontrak Ekspor LNG Berakhir Tahun Ini, Diperpanjangkah?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular