Kontrak Ekspor LNG Berakhir Tahun Ini, Diperpanjangkah?

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
26 August 2020 14:40
INFOGRAFIS, Indonesia Masuk 5 Negara Terbesar Eksportir Gas
Foto: Infografis/Ekspor Gas Indonesia/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak ekspor gas alam cair (LNG) Indonesia ke konsorsium pembeli asal Jepang atau disebut Western Buyer sebanyak 2 juta ton per tahun (Million Tonnes Per Annum/ MTPA) akan habis pada tahun ini.

Kepala Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan gas yang kontraknya akan habis tersebut akan diprioritaskan untuk domestik terlebih dahulu. Setelah kebutuhan domestik terpenuhi, maka kelebihan pasokan bisa diekspor kembali.

Dia mengatakan, beberapa kontrak ekspor gas, baik LNG maupun gas pipa akan berakhir pada tahun ini dan 2023. Kontrak ekspor gas yang berakhir tahun ini merupakan kontrak LNG kepada Western Buyer, sementara yang berakhir pada 2023 merupakan kontrak ekspor gas pipa ke Singapura, tepatnya ke GSPL, perusahaan gas asal Singapura.

"Beberapa kontrak penjualan gas akan berakhir dan akan diperpanjang sesuai dengan kemampuan suplai," tutur Dwi saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (24/08/2020) lalu.

Berdasarkan data SKK Migas yang diterima CNBC Indonesia, kontrak ekspor LNG ke Western Buyer tersebut mencapai 2 MTPA, yang berasal dari kilang LNG Bontang yang dioperasikan Badak NGL, unit usaha PT Pertamina (Persero). Sementara kontrak ekspor gas pipa ke GSPL Singapura yang akan berakhir pada 2023 memiliki volume sekitar 350 billion British thermal unit per hari (BBTUD).

Dwi mengatakan, sejak 2013 penjualan gas ke domestik terus meningkat bahkan di atas 50%. Sebelum 2013, porsi penjualan gas ke domestik masih di bawah 50% di mana pada 2012 mencapai 49% dan 51% selebihnya masih dieskpor. Mulai 2013, porsi penjualan gas ke dalam negeri naik menjadi 53% dan ekspor turun menjadi 47%. Penyerapan gas ke domestik terus meningkat menjadi 56% pada 2015, 58% pada 2016, 59% pada 2017, 60% pada 2018, dan 65% pada 2019. Namun pada tahun ini terutama karena adanya pandemi Covid-19, peneyerapan gas ke dalam negeri hingga semester I 2020 turun menjadi 63% dan ekspor mencapai 37%.

"Sejak 2013 porsi domestik lebih besar dibandingkan ekspor dan mencapai lebih dari 60% pada 2018," ujarnya.

Meski dari sisi penyerapan gas ke domestik meningkat secara persentase, namun dari sisi volume total penjualan gas baik ke domestik dan ekspor malah mengalami penurunan.

Pada 2013 penjualan gas mencapai 7.176 BBTUD, terdiri dari ekspor 3.402 BBTUD dan domestik 3.774 BBTUD. Namun pada 2019, total penjualan gas hanya sebesar 6.139 BBTUD terdiri dari domestik sebesar 3.984 BBTUD dan ekspor 2.155 BBTUD. Pada semester I 2020 ini semakin menurun menjadi 5.830 BBTUD terdiri dari domestik 3.668 BBTUD dan ekspor 2.162 BBTUD.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh Kasihan, Kargo-kargo Gas Cair RI Dikembalikan Pembeli

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular