Indonesia Jadi Anggota RESESI33, Kapan Graduation?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 November 2020 11:58
Pasar Tanah Abang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pasar Tanah Abang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Kemarin, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjyo mengungkapkan ekonomi Tanah Air bisa tumbuh positif pada kuartal IV-2020. Artinya, Indonesia bisa keluar dari 'lumpur' resesi dalam waktu yang tidak terlampau lama.

Namun sejumlah kalangan tidak berpandangan demikian. Mirae Asset memperkirakan ekonomi Ibu Pertiwi pada kuartal IV-2020 masih tumbuh negatif 1,75% YoY. Lebih buruk dari perkiraan semula yang tumbuh positif 1,12%.

Salah satu faktor yang melatarbelakangi proyeksi tersebut adalah aktivitas industri manufaktur. Dari sisi lapangan usaha, industri manufaktur adalah kontributor terbesar dalam pembentukan PDB.

Pada Oktober 2020, aktivitas manufaktur Indonesia yang dicerminkan dalam Purchasing Managers' Index (PMI) diberi skor 47,8. Masih di bawah 50, artinya industriawan belum melakukan ekspansi, masih di zona kontraksi.

"Jika aktivitas manufaktur terus di zona kontraksi, maka akan menyebabkan risiko besar bagi pemulihan ekonomi karena sumbangannya yang dominan dalam pembentukan PDB. Oleh karena itu, kami menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk kuartal IV-2020 menjadi -1,75% YoY dari sebelumnya 1,12% YoY," sebut Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset, dalam risetnya.

Selain Mirae Asset, Citi pun memperkirakan ekonomi Indonesia masih terkontraksi pada kuartal pamungkas 2020. Dengan belanja modal korporasi yang masih seret, sulit berharap akan ada penciptaan lapangan kerja yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Ekonomi kuartal IV-2020 bisa terangkat karena libur panjang, puncak belanja pemerintah, maupun pemulihan ekspor. Namun sepertinya konsumsi rumah tangga masih lemah, pemulihannya berjalan lambat. Oleh karena itu, kami memperkirakan ekonomi kuartal IV-2020 masih tumbuh negatif," sebut riset Citi.

Kalau Mirae Asset menyoroti PDB dari sisi lapangan usaha, Citi mengedepankan sisi pengeluaran. Konsumsi rumah tangga adalah penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB dari sisi ini.

"Konsumsi kelompok masyarakat berpendapatan menengah-bawah masih terbatas. Melihat data ketenagakerjaan per Agustus 2020, sekitar 6 juta pekerja terpaksa kembali ke sektor informal. Ini di luar tambahan 2,7 juta jiwa yang menjadi pengangguran baru," tulis riset Citi.

Dengan prospek pandapatan yang masih tidak menentu akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), sulit berharap konsumsi rumah tangga bisa tumbuh di kisaran 5% seperti masa pra-pandemi. Saat konsumsi masih seret, maka ekonomi sulit terakselerasi.

Oleh karena itu, harapan Indonesia bisa bebas dari resesi pada kuartal IV-2020 masih samar-samar. Boleh saja berharap, karena peluang tumbuh positif tentu ada. Akan tetapi risiko ke bawah (downside risk) masih sangat besar, dan itu tidak bisa dikesampingkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular