Internasional

China Ucapkan Selamat Kepada Presiden Terpilih AS Joe Biden

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
13 November 2020 16:48
President-elect Joe Biden gesturing to supporters, Saturday, Nov. 7, 2020, in Wilmington, Del. (AP Photo/Andrew Harnik, Pool)
Foto: Presiden terpilih Joe Biden berdiri di atas panggung setelah berpidato pada Sabtu, 7 November 2020, di Wilmington, Del. (AP / Andrew Harnik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Luar Negeri China menyampaikan ucapan selamat kepada Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Wakil Presiden terpilih Kamala Harris yang memenangkan pemilihan melawan petahana Donald Trump pada 3 November lalu.

"Kami menghormati pilihan rakyat Amerika. Kami mengucapkan selamat kepada Bapak Biden dan Ibu Harris," kata juru bicara Kemlu China, Wang Wenbin dalam briefing harian reguler pada Jumat (13/11/2020), dikutip dari Reuters.



"Kami memahami hasil pemilu AS akan ditentukan sesuai dengan hukum dan prosedur AS."

Hubungan AS-China semakin tegang dalam beberapa tahun terakhir sejak AS di bawah pemerintahan Trump. Hubungan formal kedua negara adidaya tersebut juga menjadi sedingin sejak didirikan empat dekade lalu.



China sebelumnya berada di antara segelintir negara besar, termasuk Rusia dan Meksiko, yang belum memberi selamat kepada presiden terpilih. Pada awal pekan ini, China juga berkomentar awal bahwa mereka "memperhatikan Biden menyatakan dia adalah pemenang".

Empat tahun Trump di Gedung Putih telah ditandai oleh perang perdagangan yang mahal antara AS-China, dengan Beijing dan Washington juga memperdebatkan kesalahan atas pandemi Covid-19 dan catatan hak asasi manusia China di Xinjiang dan Hong Kong.

Di bawah slogan "America First"-nya, Trump telah menggambarkan China sebagai ancaman terbesar bagi AS dan demokrasi global.

Pernyataan selamat ini merupakan kejutan. Karena China cukup lama bungkam soal kemenangan Biden, sejak diungkapkan sejumlah media akhir pekan lalu.

Meski begitu, dilaporkan reaksi awal China terhadap terpilihnya Biden condong ke arah positif tetapi tidak pasti. Media pemerintah China hanya mengharapkan hubungan yang tidak terlalu bermusuhan antara dua kekuatan teratas dunia itu.

"Kepercayaan strategis telah dihancurkan, pertukaran politik tingkat tinggi hampir sepenuhnya berhenti dan tidak ada kerja sama yang substansial," kata Xin Qiang, ahli studi AS di Universitas Fudan, kepada media pemerintah, dikutip dari ABC News.

"Tapi Biden setidaknya bisa membuat beberapa terobosan pada dua aspek terakhir," lanjutnya.


(sef/sef) Next Article Menang Banyak, China Surpus Dagang Besar dengan AS di 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular