RI Bebas Resesi di Kuartal IV? Mending Jangan Kepedean Deh...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 November 2020 11:48
Pasar Tanah Abang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pasar Tanah Abang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Data pertama adalah aktivitas manufaktur yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI). Pada Oktober 2020, skor PMI manufaktur Indonesia adalah 47,8. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 47,2.

Namun, PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau masih di bawah 50,berarti dunia usaha masih belum melakukan ekspansi.

"Pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada pertengahan Oktober hanya sedikit mendorong aktivitas manufaktur. Volume produksi masih menurun, demikian pula pemesanan baru. Permintaan eksternal (ekspor) juga melemah, bahkan cukup dalam. Dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih membebani gerak ekonomi secara keseluruhan," sebut keterangan tertulis IHS Markit.

Akibat penurunan penjualan, perusahaan mengalami kelebihan kapasitas. Untuk mengendalikan biaya, pengurangan tenaga kerja masih terus dilakukan bahkan dalam laju yang lebih cepat.

"Penggunaan tenaga kerja turun selama delapan bulan beruntun, dan laju pengurangan pegawai di beberapa perusahaan bahkan semakin cepat. Tidak hanya itu, perusahaan bahkan terpaksa menurunkan harga untuk merangsang permintaan," lanjut keterangan IHS Markit.

Data kedua adalah Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Pada Oktober 2020, Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK sebesar 79. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 83,4.

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik awal. Kalau di bawah 100, maka artinya konsumen pesimistis dalam memandang situasi ekonomi saat ini dan beberapa bulan ke depan.

Data ketiga adalah penjualan ritel. BI melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan dengan Indeks Penjualan Riil (IPR) tumbuh negatif alias terkontraksi 8,7% pada September 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Membaik dibandingkan Agustus 2020 yang -9,2% YoY meski masih negatif.

Penjualan ritel telah mencatatkan pertumbuhan negatif selama 10 bulan beruntun, sejak Desember 2019. Selama 10 bulan tersebut, rata-rata pertumbuhan penjualan ritel adalah -9.08% per bulan.

Kabar kurang sedap belum berhenti sampai di situ. BI memperkirakan penjualan ritel pada Oktober 2020 masih tumbuh negatif, bahkan lebih parah dibandingkan bulan sebelumnya yaitu -10% YoY. "Sejumlah komoditas seperti kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta barang budaya dan rekreasi diperkirakan mengalami penurunan penjualan," sebut keterangan tertulis BI.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular