
Joe Biden Presiden, Ini Ramalan Ekspor RI ke AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Terpilihnya Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat (AS) menggantikan petahana, Donald Trump memberi peluang Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke Negeri Paman Sam.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Andry Satrio berpendapat ekspor Indonesia ke AS berpotensi meningkat setelah adanya kepastian mengenai perpanjangan fasilitas preferensi tarif Generalized System of Preferences (GSP) kepada Indonesia oleh United States Trade Representative (USTR) di bawah pemerintahan Trump.
"Perpanjangan GSP ada angin segar, bisa meningkatkan ekspor sampai 5 tahun ke depan," kata Andry, dalam konferensi pers secara virtual, Minggu (8/11/2020).
GSP merupakan fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masu yang diberikan secara unilateral oleh Pemerintah AS kepada negara-negara berkembang di dunia sejak tahun 1974. Indonesia pertama kali mendapatkan fasilitas GSP dari AS pada tahun 1980. Dengan fasilitas ini, produk Indonesia bebas tarif impor saat masuk pasar Indonesia sehingga mudah bersaing.
Berdasarkan data statistik dari United States International Trade Commission (USITC), pada tahun 2019 lalu, ekspor Indonesia yang menggunakan GSP mencapai US$ 2,61 milyar. Angka tersebut, setara dengan 13.1 persen dari total ekspor Indonesia ke AS, yakni US$ 20.1 milyar.
Sementara itu, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), periode Januari sampai dengan September 2020, nilai ekspor produk Indonesia ke AS mencapai US$ 13,50 miliar, atau memberikan andil 12,14% terhadap ekspor. AS juga menjadi pasar ekspor terbesar kedua setelah China senilai US$ 20,43 miliar atau 18,37%.
Kebanyakan, kata Andry, produk-produk Indonesia yang diekspor ke AS adalah produk pakaian, apparel, asesoris pakaian, karet, alas kaki. "Di AS, produk-produk Indonesia bersaing dengan Vietnam dan Bangladesh," katanya.
Namun demikian, fasilitas ini tidak akan langsung dapat dirasakan dalam waktu dekat mengingat Biden akan mengalami masa transisi kepemipinan dari Trump yang memerlukan waktu sekitar 2,5 bulan untuk administrasi.
Tidak hanya itu, dari sisi Senat, kursi dari Partai Republikan masih lebih unggul dari Partai Demokrat dan bisa saja membuat kebijakan ekonomi Biden menjadi tidak semulus yang diharapkan.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Cuan Dagang dengan AS, Filipina, dan India