
Resesi Sudah Bertamu ke RI, Menetap Sampai Kuartal IV?

Sejauh ini memang masih banyak faktor risiko yang menghambat pemulihan ekonomi bisa berjalan dengan cepat. Apabila terjadi peningkatan kasus Covid-19 yang signifikan dan pemerintah kembali menarik kebijakan rem darurat maka kontraksi perekonomian bisa lebih besar dari perkiraan pemerintah.
Menurut laporan Mandiri Institute yang terbaru dalam publikasi harian bertajuk macro brief, apabila kasus pemerintah kembali mengetatkan PSBB maka kontraksi perekonomian di kuartal keempat masih akan berada di kisaran angka kontraksi kuartal ketiga.
Sementara menurut riset ekonom Mirae Asset Sekuritas Anthony Kevin, pada kuartal terakhir tahun ini ekonomi Indonesia diramal bakal terkontraksi sebesar 1,75% (yoy). Besaran kontraksi PDB di kuartal keempat akan sangat bergantung pada kebijakan pemerintah dalam mengelola kesehatan dan perekonomian.
Apabila berkaca pada periode dua kuartal terakhir, pertumbuhan PDB nasional selalu lebih rendah dari proyeksi para ekonom yang dihimpun oleh CNBC Indonesia. Bahkan pada kuartal ketiga ketika belanja pemerintah agresif pun masih membuat kontraksi lebih dari angka 3% di bawah harapan pemerintah.
Untuk saat ini dengan berbagai risiko yang ada downside risk cenderung lebih terlihat dengan kondisi global yang kembali memburuk terutama berpotensi menekan perekonomian nasional lebih jauh.
Agar kontraksi pada kuartal keempat bisa dipersempit lagi pemerintah harus mampu mengambil kebijakan yang jauh lebih efektif di sektor kesehatan masyarakat maupun perekonomian. Pemerintah harus lebih agresif lagi membelanjakan anggarannya.
Sementara itu ruang untuk penurunan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) yang lebih rendah juga masih terbuka lebar jika melihat berbagai indikator terutama lemahnya inflasi dan inflasi inti, dolar AS yang tertekan hebat sepanjang pemilu AS, kebijakan moneter AS yang ultra akomodatif dan penyaluran kredit yang tumbuh sangat lambat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)