
Resesi Sudah Bertamu ke RI, Menetap Sampai Kuartal IV?

Tahun 2020 tinggal satu kuartal lagi. Sekarang sudah menginjak November, artinya satu bulan kuartal keempat telah berlalu. Lantas seperti apa rona perekonomian di kuartal empat nanti? Apakah akan lebih baik? Masihkah terkontraksi atau sudah berada di jalur positif?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentulah muncul di benak setiap orang. Untuk menjawabnya ada banyak faktor yang perlu dicermati baik itu merupakan faktor internal maupun eksternal.
Dari sisi faktor eksternal, sentimen cenderung memburuk. Pertama datang dari perkembangan pandemi Covid-19. Seiring dengan masuknya musim dingin, lonjakan kasus infeksi wabah mematikan tersebut terjadi lagi terutama di Amerika Utara dan Eropa.
Beberapa negara Eropa seperti Prancis bahkan kembali menerapkan lockdown nasional. Pengetatan pembatasan juga diikuti oleh negara lain seperti Jerman, Italia, Spanyol, Inggris, Norwegia hingga Hungaria.
Apabila lockdown yang masif semakin meluas tentu saja ini akan menjadi downside risk bagi perekonomian nasional. Tulang punggung Indonesia memang bukan di ekspor tetapi ekonomi yang masih bergantung pada komoditas membuat Indonesia rentan terhadap gejolak harga di pasar komoditas.
Di sisi lain, pemilihan presiden Paman Sam juga menambah risiko ketidakpastian. Joe Biden saat ini masih diunggulkan dengan perolehan suara electoral mencapai 264 suara dan kurang 6 suara lagi untuk menang.
Namun intrik, drama serta dinamika kontestasi politik Negeri Paman Sam serta sikap temperamental petahana yang juga mencalonkan diri lagi membuat pemilu AS kali ini agaknya sulit untuk diputuskan pemenangnya dalam waktu segera.
Jelas ini akan mempengaruhi banyak hal terutama kebijakan AS di kancah perekonomian dan perpolitikan global. Nasib AS dan perekonomian dunia tak bisa dipungkiri berada di tangan mereka.
Sementara dari dalam negeri pandemi Covid-19 masih menjadi risiko utama bagi perekonomian, Apabila dilihat tren kasus belakangan ini tampaj ada penurunan. Namun jika dilihat dari sisi jumlah tes yang dilakukan juga menurun.
Penurunan ini juga bertepatan dengan libur panjang dan cuti bersama pekan lalu. Banyak pihak yang memutuskan untuk berlibur. Tanpa adanya contact tracing yang komprehensif dan tes yang mencukupi maka Indonesia tidak akan benar-benar tahu apakah puncak gelombang pertama sudah selesai atau belum.
Sedihnya lagi penanganan pandemi juga tak akan berjalan dengan optimal tanpa data yang valid dan reliable.
Pemerintah memperkirakan ekonomi pada kuartal keempat masih akan tetap berada di teritori negatif dengan kisaran -1,6% hingga -0,6%.
(twg/twg)