
Belanja BBM PLN Sampai Rp 26 T/ Tahun, PLTD Harus Dikurangi!

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) dalam satu tahun bisa mengeluarkan biaya hingga Rp 26 triliun untuk belanja bahan bakar minyak (BBM) guna menyuplai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Mega Project PLN Muhammad Ikhsan Asaad dalam sebuah diskusi secara virtual pada Kamis (05/11/2020).
Dia mengatakan, belanja yang cukup besar untuk BBM inilah yang menjadi alasan dilakukannya konversi dari PLTD menjadi energi baru terbarukan (EBT). Apalagi, lanjutnya, kebutuhan BBM di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi melalui impor, sehingga ini bisa semakin menekan devisa negara.
"Kalau kita konversi dengan EBT, ini juga bisa bantu keuangan negara. Bisa kurangi impor BBM. Bayangkan, kami itu belanja BBM setahun Rp 26 triliun. Kalau konversi diesel-diesel tadi, kita lihat betapa besar penghematannya," ungkapnya dalam diskusi daring bertema 'Energy Landscape After Pandemic: Renewable Win' pada Kamis (05/11/2020).
Selain membantu keuangan negara, dengan melakukan konversi dari diesel ke EBT menurutnya akan mampu melistriki suatu daerah sampai 24 jam. Karena selama menggunakan diesel, penerangan hanya berjalan dalam jangka waktu 6-12 jam saja.
"Jadi, multiplier effect besar, bisa kurangi impor BBM, listrik bisa nyala 24 jam. Karena biaya pokok penyediaan (BPP) pakai BBM tinggi, kami hanya mampu menyalakan listrik 6-12 jam," kata Ikhsan bercerita.
Di daerah-daerah terpencil, menurutnya untuk mendatangkan BBM sangat sulit, ditambah dengan ongkos angkut yang mahal. Bahkan, kadang BBM diangkut hanya untuk melistriki 30-40 rumah saja. Kondisi ini lah yang membuat BPP semakin mahal, bahkan Ikhsan menyebutkan BPP di Papua ada yang sampai Rp 4.000 per kilo Watt hour (kWh).
"Di Maluku minyak diangkut kapal yang mohon maaf pelanggannya hanya 30-40 rumah, tugas PLN harus tetap melaksanakannya," tegasnya.
Sebelumnya, Ikhsan menyampaikan PLN berencana mengkonversi PLTD ke energi baru terbarukan (EBT) di 200 lokasi untuk tahap pertama. Upaya ini dilakukan demi bisa mendongkrak target bauran energi baru terbarukan menjadi 23% pada 2025 mendatang.
"Jadi, prioritas kami memang total ada 2.130 lokasi diesel di seluruh Indonesia, itu kurang lebih 2 giga watt (GW) menjadi prioritas kami mengkonversi ke pembangkit EBT," jelasnya kepada wartawan pada Senin (02/11/2020).
Ikhsan menjelaskan, dari 2.130 lokasi PLTD, dipilih 200 lokasi terlebih dahulu dengan beberapa kriteria, di antaranya yaitu mesin-mesinnya sudah berusia 15 tahun, lokasi terisolasi, dan biaya pokok produksinya tinggi. Adapun kapasitas pembangkit listrik di 200 lokasi yang akan dikonversikan tersebut mencapai 225 MW.
"Kami prioritaskan 200 lokasi pertama. Kalau ditanya penghematannya, kami belum lihat karena kami baru launching dan kita buka silahkan perusahaan pengembang mana pun itu boleh mengikuti dan kita buka," tuturnya.
Dia mengatakan, 200 lokasi yang dikonversi pertama ini bakal menggunakan tenaga matahari dan akan digabungkan dengan baterai. Dia menegaskan, biayanya akan lebih murah dibandingkan menggunakan diesel.
Berdasarkan laporan keuangan PLN pada kuartal ketiga 2020, biaya bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik perseroan selama Januari-September 2020 mencapai Rp 11,72 triliun, turun 37% dari periode yang sama pada 2019 sebesar Rp 18,64 triliun. Terbesar dialokasikan untuk membeli solar high speed diesel (HSD) sebesar Rp 10,28 triliun, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 15,43 triliun.
Namun bila dilihat dari laporan keuangan pada tahun-tahun sebelumnya, biaya BBM memang sempat tinggi pada 2018 di mana mencapai Rp 31,74 triliun, lebih tinggi dari 2017 yang sebesar Rp 23,32 triliun. Dari total biaya BBM tersebut, biaya solar HSD mencapai Rp 26,19 triliun pada 2018, naik dari Rp 18,26 triliun pada 2017. Sementara pada 2019, total biaya BBM mencapai Rp 24,73 triliun dengan alokasi untuk solar HSD mencapai Rp 20,64 triliun.
Berdasarkan data Statistik PLN, hingga 2019 terdapat 5.987 unit pembangkit listrik milik PLN, di mana sebanyak 5.350 unit di antaranya merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), sementara terbesar kedua yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 243 unit dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebanyak 133 unit. Sisanya yaitu PLTG, PLTGU, PLTP, PLTS, pembangkit listrik tenaga angin dan bio massa.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PLN Konversi PLTD ke PLTS di 200 Lokasi, Butuh Duit Rp 100 T!