
Trump vs Biden Makin Sengit! Kapan Hasilnya Keluar?

Dalam kondisi normal hasil pemilu bisa langsung diketahui pagi harinya. Namun untuk tahun ini proses penghitungan suara bakal memakan waktu yang lebih lama bisa berhari-hari bahkan sampai hitungan minggu.
Akibat pandemi Covid-19 sistem voting tahun ini agak berbeda, ada yang datang langsung ke tempat pemungutan suara ada yang melalui pos. Keputusan ada di negara bagian masing-masing. Inilah yang membuat proses penghitungan harus menunggu waktu lebih lama.
Di saat penghitungan masih berlangsung, setiap kandidat justru membuat pernyataan yang cenderung mengarah pada klaim kemenangan. Mantan wakil presiden era Obama, Biden mengklaim bahwa dirinya on track di jalur kemenangan.
Lucunya lagi, Trump bahkan mengklaim kemenangannya di pilpres kali ini. Jelas klaim tersebut tidak berdasar. Klaim baru bisa dilakukan jika hasil resmi sudah keluar. Untuk tahun ini, diperkirakan bakal ada 150 juta warga AS yang menjadi pemilih atau dengan tingkat partisipasi sekitar 65%.
Tingkat partisipasi ini tergolong tinggi mengingat pada pemilu sebelum-sebelumnya tingkat partisipasinya mentok di 61% hingga 62%. Siapa saja bisa mengklaim menjadi pemenang. Namun hasil akhir nantilah yang akan menentukan.
Trump yang semakin sengit memepet Biden mulai mendapat sorotan dari banyak pihak. Publik mulai bertanya apakah kondisi 2016 akan berulang lagi? Sebagai informasi saat pemilu 2016 Hillary Clinton dari Partai Demokrat diunggulkan dalam voting populer dengan margin sampai 500 ribu suara.
Namun dalam perolehan suara elektoral Trump menang karena berhasil meraup 306 suara sementara Clinton hanya mendapat 232 suara elektoral. Sistem electoral college memang memungkinkan hal itu terjadi.
Sejak konstitusi soal sistem pemilu ini ditetapkan, tercatat ada tiga kali pemilu yang hasilnya serupa. Menang di voting populer tetapi kalah di perolehan suara elektoral. Pertama dilaporkan di tahun 1888 antara Grover Cleveland dengan Benjamin Harrison.
Lalu pada tahun 2000 saat George W Bush dan Al Gore melakukan kontestasi. Terakhir adalah tahun 2016 ketika Trump melawan Clinton.
Bagaimanapun juga sistem electoral college memang rumit dan membuat hasil pemilu jadi susah untuk diprediksi, apalagi di tengah kondisi pandemi seperti sekarang ini ketika teknis pelaksanaan pun berbeda.
Banyak pihak yang menyoroti sistem warisan nenek moyang AS ini tidak benar-benar mencerminkan demokrasi dan perlu diubah.
Awal mula sistem electoral college dibentuk adalah untuk mengakomodasi kepentingan negara bagian yang populasinya banyak dan sedikit, untuk mengatasi masalah luasnya wilayah AS hingga distribusi informasi yang tidak merata.
Namun dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih dan arus informasi yang deras membuat sistem ini dirasa tak lagi relevan.
(twg/sef)