Internasional

Maaf Bukan Trump-Biden, Xi Jinping-Putin Menang Pilpres AS

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
04 November 2020 09:12
Elizabeth Allin, bottom center left, and Gideon Lett sit in a convertible while watching President Donald Trump, on left of video screen, and Democratic presidential candidate former Vice President Joe Biden speak during a Presidential Debate Watch Party at Fort Mason Center in San Francisco, Thursday, Oct. 22, 2020. The debate party was organized by Manny's, a San Francisco community meeting and learning place. (AP Photo/Jeff Chiu)
Foto: AP/Jeff Chiu

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) tengah berlangsung antara petahana Donald Trump dari Partai Republik dengan Joe Biden dari Partai Demokrat.

Sejumlah survei menunjukkan Biden lebih unggul di popular vote. Namun Trump bisa berpeluang menang, apabila berhasil meraih suara mayoritas di Electoral College.



Meski begitu, dikutip dari South China Morning Post (SCMP), kolumnis Peter Kammerer menilai pemenang pemilu AS sebenarnya bukanlah kedua kandidat. Melainkan Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Mengapa demikian?

Xi dan Putin memegang kekuasaan dengan meyakinkan warganya bahwa sistem pemerintahan mereka lebih unggul daripada demokrasi Barat yang diagungkan AS.

Trump telah menjadi 'berkah' apalagi, tulisnya, dengan perilakunya saat menjabat yang menunjukkan sedikit perhatian pada konstitusi negaranya dan menyebarkan kebencian.

"Dia menyebut China dan Rusia sebagai rival terbesar Amerika, menjatuhkan sanksi dan menggunakan retorika yang mengancam," ujarnya dimuat media Hong Kong tersebut, dikutip Rabu (4/11/2020).



"Salah urus ... dari wabah Covid-19 di mana pemakaian masker dan jarak sosial justru diserang, runtuhnya ekonomi Amerika dan angka pengangguran yang luar biasa telah memudahkan para pemimpin Cina dan Rusia untuk berpendapat bahwa demokrasi telah rusak dan korup."

Trump pun kerap menunjukkan kekagumannya pada Xi Jinping dan Putin, yang memerintah dengan tangan besi. Hal ini tak mungkin terjadi di AS.

Sementara itu, Biden, menurut Kammerer tidak membuat terkesan saat kampanye. Bahkan ketika ia menjadi wakil presiden di bawah kepemimpinan Barrack Obama.

"Tidak seperti Trump, dia adalah seorang politisi dengan pengalaman hampir lima dekade yang memahami bagaimana sistem bekerja, di mana ada batasandan betapa pentingnya kerja sama dan kompromi," katanya.

"Meski tidak seburuk Trump, Biden juga memiliki catatan rasisme dan misogini dan Biden adalah orang yang sangat berhati-hati dalam hal konflik. Ia mendukung perang di Irak yang memakan ratusan ribu nyawa sipil, menyebabkan krisis pengungsi dan memicu lahirnya kelompok teroris Negara Islam."

Hal senada juga ditulis media lain The Diplomat. Media ini memuat pemenang pemilu AS tidaklah penting karena Partai Komunis China melihat dirinya sudah sebagai pemenang utama.

"Pengamat luar menunjukkan citra China yang babak belur di luar negeri, terutama di Eropa, sebagai akibat dari pandemi Covid-19 dan diplomasi agresif ... Tetapi para pemimpin China terus melihat dunia pasca-Covid sebagai milik mereka," tulis editor The Diplomat, Shannon Tiezzi.

Ini setidaknya tercermin dalam sidang pleno partai pekan lalu. Di mana China menegaskan akan ada 'penyesuaian mendalam untuk keseimbangan kekuatan internasional'.

"Ungkapan itu adalah jargon partai untuk anggapan kebangkitan kekuatan China dan kemunduran Amerika Serikat," tulisnya di media itu.

Mengutip pengamat kebijakan luar, ia menulis sebenarnya China sudah melihat pelemahan di AS sejak krisis keuangan global di 2008. Ini membuat China gencar menyebarkan pengaruh ke luar Asia dan menentang dasar-dasar tatanan global AS.

"Para sarjana China percaya bahwa Trump telah mempercepat penurunan AS, tetapi itu akan terus berlanjut terlepas dari siapa yang menjabat," tulisnya melansir Rush Doshi seorang direktur dari Brookings China China Strategy Initiative dan Brookings Foreign Policy.

"Ketika Xi menyatakan bahwa China berada dalam periode perkembangan terbaik sejak zaman modern pada 2018, dia bersungguh-sungguh. (Ini) terlepas dari hasil pemilu 2020."


(sef/sef) Next Article Biden Diramal Gantikan Trump, Ngaruhnya Apa Buat Indonesia?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular