
RI Masuk Resesi di Kuartal III, Kuartal IV Bagaimana?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemulihan ekonomi Indonesia semakin terlihat setelah menyentuh titik terdalam pada kuartal II-2020 akibat terjangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Namun laju pemulihan itu sepertinya akan lambat dan bertahap.
Pada kuartal II-2020, output ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh negatif 5,32%. Pertumbuhan negatif sepertinya masih akan terjadi pada kuartal III-2020, dengan konsensus pasar CNBC Indonesia memperkirakan di angka -3,2%.
Artinya, Indonesia akan mengalami kontraksi ekonomi selama dua kuartal beruntun. Ini adalah definisi dari resesi.
Bagaimana dengan kuartal IV-2020? Apakah ada harapan ekonomi Tanah Air bisa bangkit?
Ada. Pada Oktober, yang merupakan bulan pertama kuartal IV, aktivitas manufaktur Indonesia membaik yang dicerminkan dari angka Purchasing Managers' Index (PMI).
IHS Markit melaporkan skor PMI manufaktur Indonesia pada Oktober adalah 47,8. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 47,2.
Meski naik, tetapi PMI yang di bawah 50 menandakan dunia usaha masih belum melakukan ekspansi. Malah yang terjadi adalah kontraksi.
"Volume produksi mengalami kontraksi dua bulan berturut-turut. Permintaan baru juga masih rendah, demikian pula permintaan ekspor. Responden menggarisbawahi bahwa dampak pandemi virus corona masih akan mempengaruhi kondisi secara keseluruhan," sebut keterangan tertulis IHS Markit.
Dihadapkan dengan penurunan kapasitas produksi, perusahaan masih melakukan pengurangan karyawan. Penciptaan lapangan kerja terkontraksi dalam delapan bulan beruntun, tidak sedikit perusahaan yang mempercepat laju pengurangan pekerja.
Bagaimana kinerja manufaktur Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain? Sayangnya, tidak begitu baik.
Dari 29 negara dan kawasan yang disurvei, skor PMI Indonesia periode Oktober berada di peringkat ketiga terbawah. Hanya lebih baik dari Rusia dan Myanmar.
Oleh karena itu, pelaku pasar memperkirakan pemulihan ekonomi Tanah Air akan berlangsung perlahan. Ini karena manufaktur adalah penyumbang utama PDB dari sisi lapangan usaha.
"Aktivitas manufaktur yang masih terkontraksi pada Oktober akan menyebabkan risiko ke bawah (downside risk) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2020. Kami memperkirakan pertumbuhan PDB masih akan berada di teritori negatif," sebut riset Mirae Asset.
Namun bukan berarti tidak ada perbaikan. Mirae Asset memperkirakan aktivitas manufaktur akan naik ke level ekspansi pada November dan Desember meski belum bisa mengangkat PDB menjadi positif.
"Peningkatan belanja pemerintah akan meningkatkan daya beli masyarakat, yang akan berdampak positif terhadap permintaan produk-produk manufaktur. Selain itu, apresiasi nilai tukar rupiah juga akan mendukung ekspansi sektor manufaktur. Ditambah lagi permintaan akan meningkat pada Desember, karena pemerintah menggeser libur lebaran ke akhir tahun.
"Namun di sisi lain, tetap ada risiko. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memang sudah dilonggarkan, tetapi bukan tidak mungkin akan ada pengetatan lagi, apakah itu di Jakarta atau daerah lain," lanjut riset Mirae Asset.
Oleh karena itu, kunci utama untuk memulihkan ekonomi Ibu Pertiwi adalah jangan sampai ada lonjakan kasus corona yang menyebabkan pemerintah mengetatkan PSBB. Kalau PSBB sampai diketatkan lagi, selesai. Roda ekonomi akan macet.
Selain pemerintah harus menggenjot 3T (testing, tracing, treatment), masyarakat juga jangan lengah. Terapkan protokol kesehatan di manapun berada, selalu #IngatPesanIbu. Jaga jarak, pakai masker, rajin cuci tangan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Masih Resesi, Ekonomi RI Q1 Diramal Tumbuh -1% Hingga -0,1%