
Bisnis Wisata Nyungsep: Turis Asing Sepi, Hotel-Hotel Kosong!

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia September 2020 mengalami penurunan dibanding Agustus 2020. Kondisi ini makin memastikan jumlah kunjungan pelancong asing ke Indonesia dipastikan tak akan sampai 50% dari tahun lalu.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan total kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada September mencapai 153,5 ribu kunjungan, turun 5,94% dibanding bulan Agustus (month on month/mom). Apabila dibandingkan dengan September tahun lalu kunjungan wisman drop 88,95% (year on year/yoy).
Dari total 153,5 ribu kunjungan, 85% turis asing berasal dari Malaysia dan Timor Leste yang memang memiliki perbatasan darat dengan Indonesia sehingga jalur darat masih mendominasi dengan pangsa mencapai 62%.
Mayoritas turis asing yang masuk ke RI datang dari Entikong yang merupakan perbatasan antara Malaysia dengan Indonesia.
Jalur laut menjadi pintu masuk terbesar kedua turis asing dengan pangsa sebesar 32%. Turis asing mayoritas masuk melalui Batam. Namun jalur masuk melalui Tanjung Benoa juga mengalami peningkatan yang signifikan di bulan September.
Pelancong asing yang masuk melalui jalur laut di Tanjung Benoa untuk periode September 650% (mom) dan 168% (yoy).
Sepanjang Januari-September 2020 total kunjungan wisman tercatat mencapai 3,56 juta. Total kunjungan wisman anjlok 70,6% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Apabila dalam tiga bulan terakhir tahun 2020, jumlah kunjungan wisman masih di angka 150 ribu sampai 160 ribu per bulan maka total kunjungan wisman tahun ini hanya akan mencapai 3,91 juta kunjungan. Tak sampai 4 juta kunjungan atau setara dengan penurunan 76% (yoy) dibanding tahun 2020 yang mencapai 16 juta kunjungan.
Anjloknya kunjungan wisman ke RI tentu membawa dampak buruk terhadap perekonomian RI. Meski ukuran dari sektor ini terhadap PDB tidak tergolong besar, tetapi sektor ini berkaitan dengan berbagai sektor lain terutama untuk sektor transportasi.
Penurunan sektor pariwisata membuat tenaga kerja di sektor ini juga terdampak. Apalagi jumlah tenaga kerja di sektor tersebut tak bisa dibilang sedikit jika dilihat kontribusinya terhadap total serapan kerja nasional seluruh sektor.
Data Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif tahun 2019 menunjukkan bahwa serapan tenaga kerja di sektor pariwisata tahun lalu mencapai 13 juta atau berkontribusi terhadap 10,3% dari total pekerja nasional.
Penurunan kinerja sektor pariwisata juga membuat pendapatan devisa nasional drop signifikan. Jika sumbangan devisa dari sektor pariwisata tahun lalu mencapai US$ 19,7 miliar, dengan lesunya sektor pariwisata nasional seperti sekarang ini tentu sumbangsihnya akan anjlok sangat signifikan.
Jika menggunakan asumsi 4-5 juta kunjungan wisman, maka sumbangsih devisa dari sektor pariwisata kemungkinan hanya akan mencapai sekitar US$ 5,4 miliar saja.
Bahkan prediksi Bappenas lebih ngeri lagi kalau di tahun ini kunjungan wisman akan merosot tajam hingga 4 juta saja dengan penerimaan di sektor pariwisata hanya sebesar US$ 3,3 miliar - US$ 4,9 miliar.