Berdarah-Darah, Bisnis Angkutan Wisata Bali Tutup Massal!

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
29 June 2021 14:50
Petugas merapihkan deretan bus di Pool Bus Pariwisata Kawasan Tanjung Barat, Jakarta Selatan, Selasa (28/7/2020). Masih diberlakukannya Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) dan penutupan tempat rekreasi akibat Covid-19, berimbas pada jasa transportasi pariwisata. 

Penutupan obyek wisata dan imbauan untuk tidak ke tempat keramaian demi mencegah penyebaran corona (covid-19) membuat Perusahaan Otobus (PO) pariwisata mengandangkan armadanya. Padahal, momen sebelum datangnya Ramadhan merupakan waktunya para pemilik perusahaan otobus panen rezeki.
PO terpaksa mengandangkan armadanya karena berbagai acara keluar kota dibatalkan. Permasalahan tak berhenti di situ saja, bayang-bayang setoran cicilan ke perusahaan leasing juga menghantui para pemilik PO ini. 

Fajar, Head Marketing bus Manhattan, pada CNBC Indonesia, menjelaskan para usaha bus sejak pandemi ini terpuruk. Apalagi, menurut Fajar, pesanan bus biasanya sudah ramai lagi pada H-7 Lebaran kemarin.

Dengan kondisi seperti ini, banyak bus yang dikandangkan, akibatnya membuat pemasukan tidak ada.
Foto: Bus Pariwisata (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah banyak perusahaan angkutan pariwisata di Bali yang tutup akibat pandemi. Menurut Ketua Persatuan Perusahaan Angkutan Pariwisata Bali (PAWIBA) I Nyoman Sudiarta 80% perusahaan angkutan pariwisata sudah mati suri sisanya bisa beroperasi tapi tidak maksimal.

"Kita sudah banyak yang tidak berpenghasilan selama 1,5 tahun, dulu padahal beromzet ratusan juta, tapi sekarang tidak bisa karena pandemi. Sementara pengeluaranĀ masih ada untuk pajak, kelistrikan, cicilan bank, dan lainnya," kata Nyoman, kepada CNBC Indonesia, Selasa (29/6/2021).

Nyoman menjelaskan, sudah 80% perusahaan angkutan pariwisata sudah mati suri, 20% masih beroperasi tapi tidak sehat. Dari 180 perusahaan yang tercatat sebagai anggota PAWIBA lebih dari 100 perusahaan tutup akibat pandemi.

Saat ini jumlah armada yang masih bisa beroperasi sebanyak 500 unit. Sementara 2.000 unit lainnya sudah dijual atau ditarik oleh leasing.

"Tidak sedikit yang jual aset untuk bertahan, kita cicil mobil banyak habis sudah karena ada tanggungan kewajiban pembayaran yang lain, katanya.

Untuk bertahan perusahaan angkutan pariwisata ini membutuhkan permodalan lagi untuk membangun bisnisnya. Nyoman melihat ada optimisme dari agenda pembukaan pariwisata di Bali yang diagendakan pemerintah pada bulan Juli mendatang.

"Kita butuh modal untuk membangun lagi. Tapi untuk mendapatkan permodalan juga kita sudah masuk dalam sektor DNI (Daftar Negatif Investasi). kita sudah mendapat blacklist termasuk bidang pariwisata lainnya, karena pinjaman bermasalah sebelumnya," kata Nyoman.

Makanya dia meminta kepada pemerintah daerah Bali untuk memberikan keringanan terhadap pengusaha. Berupa surat rekomendasi tingkat Gubernur mengenai keringanan bagi perusahaan angkutan pariwisata di Bali, karena saat ini industri pariwisata belum berjalan.

Nyoman juga meminta kepada Dispenda (Dinas Pendapatan Daerah) untuk memberi kelonggaran pajak, atau diskon pembayaran pajak. Karena banyak kendaraan pariwisata yang tidak beroperasi selama 1,5 tahun.

"Kita meminta supaya ada bantuan dari pemerintah terhadap sektor kami, hingga menyambut pulihnya sektor pariwisata keseluruhan," katanya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hotel Babak Belur, Lagi Paceklik Plus Larangan Bepergian PNS!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular