
Resesi Datangi Amerika, Apa Ngaruhnya Buat Indonesia?

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) resmi memasuki masa resesi ekonomi setelah pengumuman dana pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020. Namun di sisi lain, data itu malah menjadi konfirmasi bahwa ekonomi Negeri Paman Sam mulai pulih dari serangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Pada kuartal III-2020, Produk Domestik Bruto (PDB) AS mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 2,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). PDB AS sudah negatif pada kuartal II-2020 sehingga kontraksi terjadi dalam dua kuartal beruntun, yang merupakan definisi resesi.
Namun kalau disawang-sawang, ternyata ekonomi AS tidak jelek-jelek amat. Bahkan kontraksinya jauh menipis ketimbang kuartal II-2020. Maklum, kuartal II-2020 adalah kerak neraka, tentu butuh waktu untuk bangkit dari kontraksi yang sedemikian dalam.
Selain itu, kebangkitan ekonomi Negeri Adikuasa juga terlihat dari pertumbuhan secara kuartalan (quarter-to-quarter/QtQ). Pada kuartal III-2020, ekonomi AS melesat 7,41% QtQ. Ini menjadi pertumbuhan positif pertama dalam dua kuartal terakhir.
Sementara secara kuartalan yang disetahunkan (annualized), ekonomi AS meroket 33,1%. Ini adalah yang tertinggi sepanjang sejarah modern AS.
"Angka PDB sudah keluar. Tertinggi dan terbaik dalam sejarah, bahkan tidak ada yang mendekati. Tahun depan akan FANTASTIS!!! Namun, Sleepy Jose Biden dan rencananya untuk menaikkan tarif pajak bisa membunuh ini semua. Senang sekali angka PDB yang luar biasa ini bisa keluar sebelum 3 November," cuit Donald Trump, Presiden AS, di Twitter.