Resesi Datangi Amerika, Apa Ngaruhnya Buat Indonesia?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 October 2020 11:50
Donald Trump dari Partai Republik berbicara dalam debat capres AS dengan Joe Biden dari Partai Demokrat
Foto: Donald Trump dari Partai Republik berbicara dalam debat capres AS dengan Joe Biden dari Partai Demokrat (AP/Julio Cortez)

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) resmi memasuki masa resesi ekonomi setelah pengumuman dana pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020. Namun di sisi lain, data itu malah menjadi konfirmasi bahwa ekonomi Negeri Paman Sam mulai pulih dari serangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Pada kuartal III-2020, Produk Domestik Bruto (PDB) AS mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 2,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). PDB AS sudah negatif pada kuartal II-2020 sehingga kontraksi terjadi dalam dua kuartal beruntun, yang merupakan definisi resesi.

Namun kalau disawang-sawang, ternyata ekonomi AS tidak jelek-jelek amat. Bahkan kontraksinya jauh menipis ketimbang kuartal II-2020. Maklum, kuartal II-2020 adalah kerak neraka, tentu butuh waktu untuk bangkit dari kontraksi yang sedemikian dalam.

Selain itu, kebangkitan ekonomi Negeri Adikuasa juga terlihat dari pertumbuhan secara kuartalan (quarter-to-quarter/QtQ). Pada kuartal III-2020, ekonomi AS melesat 7,41% QtQ. Ini menjadi pertumbuhan positif pertama dalam dua kuartal terakhir.

Sementara secara kuartalan yang disetahunkan (annualized), ekonomi AS meroket 33,1%. Ini adalah yang tertinggi sepanjang sejarah modern AS.

"Angka PDB sudah keluar. Tertinggi dan terbaik dalam sejarah, bahkan tidak ada yang mendekati. Tahun depan akan FANTASTIS!!! Namun, Sleepy Jose Biden dan rencananya untuk menaikkan tarif pajak bisa membunuh ini semua. Senang sekali angka PDB yang luar biasa ini bisa keluar sebelum 3 November," cuit Donald Trump, Presiden AS, di Twitter.

Angka pertumbuhan ekonomi AS ini baru pembacaan awal. Bahkan angka finalnya diperkirakan lebih baik lagi. Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang Atlanta dalam laman GDPNow menyebut ekonomi pada kuartal III-2020 bisa tumbuh sampai 37% annualized.

Kalau performa ekonomi AS berhasil dijaga, atau bahkan ditingkatkan, maka bukan tidak mungkin angka pertumbuhan pada kuartal IV-2020 akan lebih baik lagi. Kebangkitan ekonomi AS akan menjadi berkah bagi dunia, karena AS adalah negara konsumen terbesar di planet bumi. Ekspor berbagai negara, termasuk Indonesia, akan terdongkrak jika permintaan di AS naik.

Pada Januari-September 2020, ekspor non-migas Indonesia ke AS mencapai US$ 13,51 miliar, naik 2,93% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. AS adalah negara tujuan ekspor kedua terbesar bagi Indonesia, hanya kalah dari China.

Salah satu produk ekspor utama Indonesia ke AS adalah pakaian jadi (konveksi) dan tekstil. Pada Januari-September 2020, nilai ekspor produk ini mencapai hampir US$ 2 miliar.

Prospek permintaan produk ini cukup cerah karena penjualan ritel di AS terus naik dan sudah menyamai laju pertumbuha pra-pandemi. Pada September, penjualan ritel AS tumbuh 5,36% YoY, tertinggi sejak Desember tahun lalu.

Oleh karena itu, Indonesia patut mendoakan bahwa ekonomi AS terus moncer. Sebab kalau AS nyungsep lagi, maka Indonesia juga bakal ikut repot.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular