Internasional

Warga Prancis Diminta Hati-hati di RI, Ini Kata Kemlu

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
28 October 2020 10:55
Seorang pria memegang gambar Macron dengan cetakan sepatu di atasnya ketika pengunjuk rasa Turki meneriakkan slogan-slogan menentang Prancis selama demonstrasi atas kartun Nabi Muhammad, di Istanbul. (AP/Adel Hana)
Foto: Seorang pria memegang gambar Macron dengan cetakan sepatu di atasnya ketika pengunjuk rasa Turki meneriakkan slogan-slogan menentang Prancis selama demonstrasi atas kartun Nabi Muhammad, di Istanbul. (AP/Adel Hana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Prancis memperingatkan warganya yang tinggal di beberapa negara mayoritas muslim untuk berhati-hati. Pasalnya masyarakat muslim di seluruh dunia kini berang dengan pernyataan kontroversial Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Pada Selasa (27/10/2020) kemarin, Kementerian Luar Negeri Prancis mengeluarkan 'nasihat keselamatan' dan diminta hati-hati, terutama untuk warganya yang berada di Turki, Irak, Bangladesh, Mauritania termasuk Indonesia.



Mereka diminta menjauh dari protes apapun atas dipublikasikannya kembali kartun Nabi Muhammad SAW di Prancis, dan pernyataan kontroversial dari Macron mengenai Muslim. Mereka juga diminta untuk menghindari pertemuan publik.

"Direkomendasikan untuk melakukan kewaspadaan terbesar, terutama saat bepergian, dan di tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh wisatawan atau komunitas ekspatriat," ujar pengumuman itu, dikutip Reuters pada Rabu (28/10/2020).



Kementerian Luar Negeri RI menanggapi hal tersebut. Juru bicara Kemlu Teuku Faizasyah mengatakan hal tersebut wajar dilakukan, sebab Indonesia juga sering melakukan hal tersebut.

"Himbauan pihak Perancis terhadap WN Perancis untuk berhati-hati wajar saja, karena Pemerintah Indonesia juga kerap mengeluarkan himbauan untuk meningkatkan kehati-hatian dalam kondisi tertentu di satu negara," kata Teuku kepada CNBC Indonesia.

"Sesuai Konvensi Wina, pemerintah (juga) wajib memberikan perlindungan bagi perwakilan diplomatik asing, baik personal maupun aset."

Sebelumnya, seorang guru sejarah dan geografi di sebuah sekolah pinggiran di kota Paris, yakni Samuel Paty (47) menunjukkan karikatur tokoh panutan umat Islam Nabi Muhammad SAW dalam kelas yang dia ajar pada 6 Oktober lalu.

Sepuluh hari berselang, Paty dibunuh oleh seorang remaja kelahiran Rusia bersuku Chechen. Hal ini membuat publik gempar. Tak disangka pelajaran yang ditujukan berbuntut pada kejadian tragis dan menimbulkan perpecahan serta keresahan di masyarakat.

Kemarahan umat Islam menyeruak ke permukaan setelah Macron mengatakan tidak akan menarik karikatur tersebut. Padahal bagi umat muslim potret Nabi adalah hal yang tabu.

Karya karikatur Nabi Muhammad dianggap sebagai bentuk penghinaan dan serangan terhadap umat Islam. Prancis yang beraliran sekuler pun mendapat protes keras dari banyak pihak terutama komunitas muslim dan para pemimpinnya.

Meski begitu, Macron mengatakan tak akan menyerah pada berbagai aksi protes. Ia juga telah memicu kontroversi sejak awal September. Saat itu, ia mengajukan UU untuk 'separatisme Islam' di Prancis.

Macron sempat berujar bahwa "Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia". Karenanya pemerintahnya akan mengajukan rancangan undang-undang pada bulan Desember untuk memperkuat undang-undang tahun 1905 yang secara resmi memisahkan gereja dan negara di Prancis.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi Heboh, Istri Presiden Macron Disebut Transgender!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular