Internasional

Iran 'Turun Gunung', Kecam Macron yang Hina Islam

sef, CNBC Indonesia
27 October 2020 06:42
Presiden Perancis Emmanuel Macron
Foto: CNBC

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemarahan negara-negara Arab dan Muslim ke Presiden Prancis Emmanuel Macron semakin meluas. Setelah boikot diserukan sejumlah negara, seperti Qatar, Yordania, Kuwait dan Turki, Iran buka suara soal sikap pemimpin 42 tahun itu.

Iran menilai Prancis telah menyulut 'ekstremisme' setelah Macron bersumpah untuk tidak pernah menyerah kepada radikal Islam dan membela penerbitan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad.

"Muslim adalah korban utama dari 'pemujaan kebencian', diberdayakan oleh rezim kolonial dan diekspor oleh klien mereka sendiri," tulis Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif di Twitter.

"Menghina 1,9 miliar Muslim dan -kesucian mereka- karena kejahatan menjijikkan dari ekstremis semacam itu adalah penyalahgunaan kebebasan berbicara yang oportunis. Itu hanya memicu ekstremisme lain."

Sebelumnya Macron telah memicu kontroversi sejak awal September. Saat itu, ia mengajukan UU untuk 'separatisme Islam' di Prancis.

Macron sempat berujar bahwa 'Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia'. Karenanya pemerintahnya akan mengajukan rancangan undang-undang pada bulan Desember untuk memperkuat undang-undang tahun 1905 yang secara resmi memisahkan gereja dan negara di Prancis.

Setelah seorang guru di Prancis dipenggal karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas yang ia pimpin, seraya berbicara soal kebebasan, Macron kembali berkomentar. Ia berujar sang guru 'dibunuh karena kaum Islamis menginginkan masa depan kita'.

Setelah kecaman muncul dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Pakistan Imran Khan, serta seruan boikot terjadi, Macron juga kembali bersuara. Ia menegaskan tak akan menyerah pada fanastisme.

"Kami tidak akan pernah menyerah kepada radikal Islam," katanya dikutip dari AFP, Minggu (25/10/2020).

"Kami tidak menerima pidato kebencian dan mempertahankan debat yang masuk akal ... Sejarah kami adalah memerangi tirani dan fanatisme. Kami akan teruskan."




(sef/sef) Next Article Dunia Terbelah Macron Hina Islam: Arab-Erdogan vs Eropa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular