
Heboh RI Tolak Pesawat Mata-mata, Menlu AS Terbang ke Jakarta

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo akan mengunjungi Indonesia, pekan depan. Ini merupakan perjalanan pertamanya ke RI sejak pemberitaan soal penolakan 'menampung' pesawat mata-mata AS muncul.
Hal tersebut diungkapkan Pompeo dalam sebuah pernyataan ke wartawan, Rabu (21/10/2020) waktu setempat. Lawatan akan membahas banyak hal termasuk soal kebebasan navigasi di Indo-Pasifik dan Laut China Selatan (LCS).
"Penting bagi saya memastikan kedaulatan mereka dilindungi dari upaya berkelanjutan, hak-hak dasar mereka, hak maritim, hak bisnis ... yang terus menerus diancam Partai Komunis China," katanya sebagaimana dimuat dalam Twitter Departemen of State @StateDept.
Hal ini dibenarkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam media briefing yang berlangsung virtual Kamis (22/102020). Selain kunjungan bilateral, ia juga disebut akan mengunjungi GP Ansor.
"Komitmen kuat peningkatan kemitraan ini tercermin dengan intensifnya saling kunjungan pejabat kedua negara, bahkan di masa pandemi," ujar Retno.
Sebelumnnya, Reuters memberitakan RI menolak masuk jet tempur canggih mata-mata AS, P-8 Poseidon mendarat. Sejak Juli hingga Agustus, AS mengirimkan permintaan khusus agar pesawat Boeing itu bisa 'mampir' dan mengisi bahan bakar.
Penolakan langsung diberikan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebelumnya pendekatan, disebut sumber media itu, dilakukan ke Menteri Pertahanan dan Menteri Luar Negeri.
P-8 sendiri adalah jet yang penting dalam mengawasi aktivitas China di LCS. Kedua negara tegang di perairan karena klaim China terhadap 80% kawasan kaya itu.
Intensitas militer China di LCS membuat AS masuk. AS baru-baru ini menggunakan pangkalan militer di Singapura, Filipina, dan Malaysia untuk mengoperasikan penerbangan P-8 di atas LSC.
Sayangnya baik Kementerian Pertahanan RI maupun Kementerian luar negeri enggan menanggapi persoalan ini.
Pengamat Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI) Profesor Hikmahanto Juwana menilai penolakan terkait politik luar negeri RI yang bebas aktif. RI juga tidak ingin seolah tidak netral di mata China.
"Mengingat jenis pesawatnya adalah pesawat tempur mata-mata," katanya kepada CNBC Indonesia.
"Sangat sensitif. Karena China sepertinya tidak suka."
(sef/sef) Next Article Menlu AS akan Temui Delegasi China di Pangkalan Militer
