
BGS: Berat Kalau 2021 Ekonomi Tak Pulih, Butuh Rp 695 T Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi bakal pulih jika penanganan sektor kesehatan bisa baik. Jika tidak ada perbaikan berarti, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang bakal tersedot akan semakin besar, demi menahan lajunya pandemi. Bahkan, uang negara yang dibutuhkan bisa jadi sama besarnya, jika tahun depan belum juga ada perbaikan.
"Kita di sektor ekonomi nggak bisa mengembalikan suasana (normal). Ini hanya bisa dikembalikan, dipimpin dari sektor kesehatan. Ganjelan kita tahun ini lumayan diberi Rp 695 triliun. Saya sampaikan, kalau kesehatan tidak pulih, tahun depan akan butuh segini lagi. Akibatnya tidak cukup dan kita akan berat," kata BGS dalam Outlook Kebutuhan Baja Indonesia, Kamis (22/10/2020).
Wakil Menteri I Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu juga menilai, saat ini penyerapan anggaran oleh pemerintah sudah cukup besar. Utamanya setelah Komite yang dipimpinnya itu terbentuk.
"Dari Rp 695 triliun itu penyerapannya rendah. Tapi semenjak Komite dibentuk 20 Juli kita sudah berhasil menyalurkan sampai sekarang Rp 344 trilun atau hampir 50%. Dan memang besarnya di sektor social subsidy. Jadi perlindungan sosial, kesehatan, UMKM (usaha mikro kecil dan menengah). Ini sifatnya mengganjal," paparnya.
Jika sektor ekonomi hanya sebagai pengganjal, ia menilai tonggak utama penyelamatan krisis ada di sektor kesehatan. Ia pun menceritakan pengalamannya dalam menghadapi sejumlah krisis. Tidak bisa dipungkiri, krisis akibat Covid-19 sangat berbeda dibanding krisis-krisis sebelumnya.
"Waktu ditunjuk pertama kali sebagai Ketua Satgas Pemulihan Ekonomi, saya sempat bicara dengan Bapak Presiden. Saya sudah mengalami krisis ekonomi tiga kali. Dua di antaranya 1998 dan 2008 krisis keuangan. Karena saya di perbankan, kebetulan saya di pusat krisis tersebut. Awalnya dimulai di keuangan, sehingga banyak kebijakan atau langkah strategis yang diambil oleh pemerintah seluruh dunia untuk memperkuat industri keuangan. Kali ini penyebabnya beda, disebabkan krisis kesehatan," sebut BGS.
"Kalau kesehatan nggak pulih akan sangat sulit ekonomi bangkit. Kenapa sektor kesehatan begitu berdampak bagi ekonomi? Ya karena kebetulan krisis kesehatan responsnya dengan lakukan lockdown atau pembatasan kontak fisik. Padahal ekonomi Indonesia sebagian besar masih ditentukan kontak fisik. Sehebat-hebatnya e-commerce kita belum bisa mengalahkan perputaran di pasar-pasar tradisional," lanjutnya.
(wed/wed)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kucuran Dana Bantuan Produktif Rp 22 T untuk UMKM