
Janji Jokowi-Maruf Amin Setahun Lalu Diganggu Covid & Resesi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 yang pada akhirnya menyebabkan perekonomian Indonesia berada di jurang resesi menjadi tantangan utama dalam satu tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) & Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Tepat lima bulan setelah resmi menjadi presiden, Jokowi langsung dihadapkan pada mode 'war' melawan virus corona (Covid-19). Namun, penanganan pemerintah selama ini dianggap terlambat.
Kasus Covid-19 pertama kali muncul di Kota Wuhan, China pada akhir Desember 2020. Dalam waktu tak lama, ditemukan sejumlah kasus serupa di berbagai negara yang tersebar di belahan dunia.
Kala itu, Jokowi sempat meminta jajaranya untuk menyasar ceruk pasar wisatawan mancanegara yang batal mengunjungi China karena virus corona. Menurutnya, situasi yang dialami China bisa dimanfaatkan Indonesia.
![]() |
"Saya minta dimanfaatkan peluang untuk menyasar ceruk pasar wisman yang sedang cari alternatif untuk destinasi wisata karena batal berkunjung ke RRT," kata Jokowi pada Februari lalu.
Namun, keinginan kepala negara berubah drastis kala awal Maret pemerintah mengkonfirmasi pasien pertama teridentifikasi Covid-19. Sejak saat itu, perlahan tapi pasti kasus Covid-19 di Indonesia merangkak naik.
Pemerintah lantas mengeluarkan kebijakan mutakhir bernama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Keputusan tersebut bukan perkara mudah, karena secara tidak langsung 'mematikan' aktivitas ekonomi setempat.
Alih-alih menyelamatkan masyarakat dari Covid-19, pertumbuhan ekonomi Indonesia pun terkena getahnya. Pada kuartal II-2020, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh -5,3%
Padahal, pada kuartal pertama tahun ini pertumbuhan ekonomi domestik masih bisa tumbuh 2,97%. Bahkan pada kuartal ketiga tahun ini, ekonomi Indonesia diperkirakan kembali mencatatkan kontraksi.
Meski datanya belum diumumkan, tetapi kontraksi atau pertumbuhan negatif PDB pada kuartal III-2020 rasanya sudah terjadi. Proyeksi terbaru Menteri Keuangan Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 akan minus 1% hingga 2,9%.
Secara keseluruhan untuk tahun ini, eks Direktur Pelaksana Bank Dunia itu melihat pertumbuhan ekonomi akan minus 0,6% hingga 1,7% lantaran aktivitas ekonomi yang sangat terbatas sejak pandemi.
Awan mendung resesi memang sudah di depan mata. Namun, Jokowi dalam berbagai kesempatan menegaskan bahwa pemerintah dihadapkan pilihan yang sulit dan saat ini pemerintah tinggal memainkan gas dan rem.
Meskipun PSBB telah membuat ekonomi tersendat, pemerintah telah menyalurkan berbagai macam bantuan sosial bagi masyarakat. Bantuan bernilai ratusan triliun diberikan agar konsumsi tetap menjadi tiang penyangga perekonomian di tengah situasi krisis seperti ini.
"Kesehatan masyarakat, kesehatan publik, tetap nomor satu. Tetap harus diutamakan. itu prioritas. Tapi jika kita mengorbankan ekonomi, itu sama saja dengan mengorbankan kehidupan puluhan juta orang. Ini bukan opsi yang kita ambil," jelasnya.
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Begini Janji Jokowi-Ma'ruf Amin Setahun Lalu, Terpenuhi?