
Laut China Selatan Makin Panas, Jepang Pasok Militer Vietnam

Jakarta, CNBC Indonesia - Jepang makin erat menjalin kerja sama dengan Vietnam. Negara itu akan memasok peralatan dan teknologi militer ke negeri tersebut.
Perjanjian keamanan dibuat saat Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga saat mengunjungi Hanoi, Senin (19/10/2020). Kedua negara sepakat memperkuat militer dan bisnis di tengah kekhawatiran makin agresif-nya China di Laut China Selatan (LCS).
"Ini adalah langkah keamanan bagi kedua negara," kata Suga saat bertemu Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc, sebagaimana dimuat Reuters.
Ia menegaskan Jepang menentang setiap langkah untuk meningkatkan ketegangan di laut tersebut. Di mana Vietnam dan sejumlah negara ASEAN, memiliki sengketa teritorial dengan China.
"Masalah LCS, penting bagi kita semua negara terkait untuk tidak bergantung pada kekuatan atau ancaman, tapi untuk bekerja sama menuju resolusi damai, sesuai hukum internasional," katanya lagi tanpa menyebut retorika anti-China.
Hal senada juga dikatakan Phuc. Ia menegaskan keduanya sepakat menjaga kebebasan navigasi dan penerbangan di LCS.
"Vietnam menyambut baik Jepang, kekuatan global, untuk terus berkontribusi secara aktif bagi perdamaian regional dan global, stabilitas," ujarnya.
Sebelumnya Jepang bersitegang dengan China soal kepemilikan Pulau Senkaku/Diaoyu. Jepang pun bergabung dalam QUAD, aliansi bersama Amerika Serikat (AS), India, dan Australia yang bertujuan 'menentang' China di Asia.
Jepang, dan ketiga negara QUAD bahkan akan melakukan latihan militer bersama. Rencananya latihan dilakukan di Teluk Benggala.
Namun secara ekonomi, Jepang memiliki ikatan kuat dengan China. Di 2018 saja, melansir Associated Press kedua negara memiliki 500 kesepakatan bernilai US$ 18 miliar yang sudah diteken.
Sementara Vietnam, memiliki masalah tumpang tindih kepemilikan Pulau Paracels di LCS. Sebagaimana diketahui China mengklaim 80% wilayah LCS miliknya.
Akibat makin getolnya China di laut itu, sejumlah media asing melaporkan bahwa Vietnam terpaksa menunda eksplorasi energinya karena 'gangguan' Beijing. Negara ini juga terpaksa membayar denda ke kontraktor.
Jepang sendiri telah mencabut larangan penjualan senjata sejak 2014. Selain ke Vietnam, disebutkan pembicaraan ekspor senjata juga tengah dibahas dengan Indonesia dan Thailand.
Relokasi Pabrik
Kunjungan Suga ke Vietnam juga dalam rangka diversifikasi rantai pasokan manufakturnya dan mengurangi ketergantungan ke China. Jepang berencana melakukan 'decouple' dan memindahkan pabrik ke Asia Tenggara.
Vietnam adalah pilihan populer bagi perusahaan Jepang. Sebelumnya pemerintahan negeri Sakura berjanji menggelontorkan 23,5 miliar yen untuk 'membujuk' industri memindahkan investasi dari China.
Kemarin, Suga dan Phuc menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman untuk Marubeni Corp Jepang terkait investasikan US$ 1,3 miliar di pembangkit listrik di provinsi Can Tho Vietnam. Dan, investasi Tokyo Gas Co Ltd dan PetroVietnam Power Corp untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga gas senilai US$ 1,9 miliar.
(sef/sef) Next Article Jepang Pasok Militer Vietnam, Laut China Selatan Memanas!
