
Asyik! Ekonomi China Tumbuh 4,9%, RI Bakal Kebagian Manisnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi China berhasil tumbuh 4,9% pada kuartal III-2020. China menjadi satu dari sedikit negara yang mampu menghindari resesi.
Pada kuartal I-2020, Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Tirai Bambu memang sempat terkontraksi atau tumbuh negatif 6,8%. Ini menjadi pencapaian terburuk sejak China melaporkan data pertumbuhan ekonomi pada 1992.
Namun kontraksi itu cuma terjadi satu kuartal. Pada kuartal II dan III, ekonomi China tumbuh positif masing-masing 3,2% dan 4,9%.
Artinya, tidak ada resesi ekonomi di sana. Sebab definisi resesi adalah kontraksi ekonomi dua kuartal beruntun.
Kebangkitan ekonomi China setelah terpukul dahsyat oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) membawa harapan. China (dan Amerika Serikat/AS) diharapkan mampu menjadi lokomotif yang membawa dunia keluar dari jalur resesi.
Dengan status sebagai perekonomian terbesar kedua di planet bumi, kebangkitan China tentu akan membawa dampak buat negara-negara lain. Permintaan China akan meningkat sehingga ekspor berbagai negara akan terangkat, termasuk Indonesia.
Sepanjang Januari-September 2020, nilai ekspor non-migas Indonesia ke Negeri Panda adalah US$ 20,44 miliar. Angka ini mencerminkan pangsa 18,37% dari total ekspor non-migas, tertinggi dibandingkan negara-negara lain.
Saat ekonomi China tumbuh, maka permintaan akan meningkat sehingga ekspor Indonesia akan terus membaik. Pada September 2020, ekspor Indonesia memang masih terkontraksi tetapi tinggal 0,51% YoY. Bukan tidak mungkin ekspor akan tumbuh positif seiring peningkatan permintaan dari China.
Peningkatan ekspor berarti pasokan devisa juga akan membaik. Indonesia tidak lagi terlalu tergantung terhadap investasi portofolio di sektor keuangan (hot money) sehingga fundamental rupiah akan lebih kuat.
Tidak hanya ekspor, dampak positif dari kebangkitan China juga akan terasa dari jalur investasi asing di sektor riil (Foreign Direct Investment/FDI). China adalah salah satu negara penanam FDI terbesar di Tanah Air.
Pada semester I-2020, nilai FDI dari China adalah US$ 2,43 miliar. China menempati peringkat kedua setelah Singapura.
"Singapura menjadi hub untuk negara-negara lain yang mau masuk ke Indonesia. Bahkan tidak menutup kemungkinan uang yang masuk itu pun dari teman-teman pengusaha di Indonesia. Tidak menutup kemungkinan itu terjadi," sebut Bahlil Lahadalia, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), akhir tahun lalu.
Jadi ketika ekonomi China pulih, apalagi pemerintah dan bank sentral di sana begitu deras mengalirkan stimulus, maka ruang ekspansi dunia usaha terbuka. Ekspansi ini bisa diwujudkan dengan berinvestasi di luar negeri, termasuk Indonesia.
Apalagi Indonesia sudah punya UU Cipta Kerja (omnibus law) yang diharapkan menjadi solusi atas segala hambatan dalam berinvestasi. Semakin mudahnya menanamkan modal di Indonesia bisa menjadi daya tarik bagi investor asing, termasuk dari China.
Sebenarnya ada dampak positif lain, tetapi yang ini masih 50-50, yaitu dari sektor pariwisata. Pulihnya daya beli rakyat China akan membuat mereka punya dana lebih untuk kebutuhan tersier, senang-senang, seperti liburan.
Wisatawan mancanegara (wisman) asal China adalah salah satu yang terbanyak datang ke Indonesia. Tahun lalu, jumlah kunjungan wisman China ke Indonesia adalah 2,07 juta. Terbanyak kedua setelah Malaysia.
Data pada 2018 menyebut rata-rata seorang wisman China menghabiskan duit US$ 1.385,55 per kunjungan kala pelesiran di Ibu Pertiwi. Katakanlah saat ekonomi China pulih akan dibarengi dengan kunjungan 2 juta wisman ke Indonesia. Artinya, potensi devisa yang didapat bisa mencapai US$ 2,77 miliar (Rp 40,85 triliun dengan asumsi kurs tengah Bank Indonesia hari ini).
Akan tetapi, potensi ini masih samar-samar. Maklum, pandemi virus corona di Indonesia belum mereda.
Per 18 Oktober, jumlah pasien positif corona di Indonesia adalah 361.867 orang. Indonesia kini menjadi negara dengan kasus corona terbanyak di Asia Tenggara.
Oleh karena itu, masih sulit berharap wisman akan kembali mengerumuni Indonesia. Sebelum virus corona berhasil dijinakkan, sektor pariwisata masih akan menjadi yang terdepan merasakan dampak seiring kekhawatiran akan tertular virus mematikan tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Anti Resesi, Ekonomi China Diramal Tumbuh 5,2%!