Bos Kadin Sebut UMKM Babak Belur, Omzet Drop Gegara Corona

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
19 October 2020 09:16
Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan Roeslan (CNBC Indonesia/Cantika Adinda Putri)
Foto: Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan Roeslan (CNBC Indonesia/Cantika Adinda Putri)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyampaikan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), menjadi sektor yang paling terdampak signifikan pandemi Covid-19.

Ketua Kadin Indonesia, Rosan P. Roeslani menyampaikan, tekanan yang dialami sektor UMKM sangat besar, pasalnya virus corona menyebabkan sektor ini kehilangan separuh pendapatan mereka.

Menurut Rosan, data yang diperoleh Kadin dari sejumlah asosiasi, setidaknya pandemi menyebabkan 6 juta orang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan. Namun, seiring dengan kebijakan pelonggaran PSBB (pembatasan sosial berskala besar), saat ini sudah kembali bekerja.

"Yang dirumahkan dan di-PHK alami penurunan karena PSBB dilonggarkan, angka kami 6 juta dirumahkan dan di PHK, sekarang sudah kembali bekerja," ujar Rosan, dalam acara peluncuran survei Indikator mengenai mitigasi dampak Covid-19 terhadap kesehatan dan ekonomi secara daring, Minggu (18/10/2020).

Hal ini, kata Rosan sudah terindikasi dari membaiknya data perekonomian domestik seperti indeks keyakinan konsumen, penjualan mobil dan motor seiring dengan pergerakan masyarakat yang mulai meningkat.

"Hal ini mengurangi sedikit tekanan terhadap sektor tenaga kerja. Karena kalau kita lihat, tekanan terhadap UMKM yang terbesar, " ujar Rosan.

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Omnibus Law ini menilai, sektor UMKM harus mendapat bantuan stimulus pemerintah agar tetap bisa bertahan.

Menurut perkiraannya, pertumbuhan ekonomi terendah sudah terjadi pada kuartal kedua tahun ini, yakni -5,32% dan itu diperkirakan menjadi bottom level. Pada kuartal ketiga, Kadin memperkirakan ekonomi masih akan terkontraksi 2-3% dan akan membaik pada triwulan keempat tahun ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II (Q2) 2020 mengalami kontraksi sebesar 5,32% year on year (yoy). Level ini memburuk dari kuartal I-2020 yang mencapai 2,97% dan kuartal II-2019 yang mencapai 5,05%.

Secara terpisah, Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), Haru Koesmahargyo menyatakan, sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) jadi salah satu yang terkena dampak yang sangat signifikan dari pandemi Covid-19.

Sebagai dampaknya, permintaan kredit terhadap perbankan juga mengalami penurunan yang cukup drastis.

Pada kuartal pertama 2020, kata Haru, pertumbuhan kredit masih bisa tumbuh di level 8%, namun pada kuartal kedua tahun 2020, angkanya tinggal 1,5% saja.

"Ini menggambarkan permintaan terhadap kredit menurun. Karena permintaan mengalami penurunan, maka supplier juga mengalami penurunan," kata Haru dalam webinar bertajuk Prediksi Ekonomi Indonesia, Inovasi & Strategi di Tengah Pandemi Covid-19, Kamis (10/9/2020).

Hal ini juga sudah terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua minus 5,32% dan UMKM, sebagai salah satu motor penggerak ekonomi nasional juga terpukul pandemi.

"Sektor UMKM memang ada kecenderungan mereka mengalami perlambatan dan spending mengalami perlambatan, saving cukup terbatas, mereka terkena dampak yang cukup signifikan," papar Haru.

Pemerintah, kata Haru juga telah melakukan langkah-langkah komprehensif dari relaksasi aturan, pemberian subsidi, penempatan dana di Himbara melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk tetap menggerakkan ekonomi nasional.

Hal ini dilakukan untuk mendorong agar daya beli masyarakat bisa kembali pulih dan UMKM bisa kembali tumbuh.

"Demand didorong agar daya beli bisa menyerap jasa, agar para supplier, pengusaha, terutama UMKM bisa tetap tumbuh agar mereka juga mengambil pembiayaan di bank sehingga ekonomi akan berputar," pungkas Haru.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Janji Tepat Sasaran, Erick-Kadin Kawal Subsidi Gaji Rp600.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular