
Setelah AS & Austria, Prabowo Merapat ke Prancis 22 Oktober

Jakarta, CNBC Indonesia - Rangkaian kunjungan kerja Menteri Pertahanan RI Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto ke luar negeri akan terus berlanjut. Setelah Amerika Serikat (AS) (15-19 Oktober) dan Austria (20 Oktober), Prabowo dijadwalkan akan berada di Paris, Prancis, pada 22 Oktober.
Hal itu diketahui dari unggahan agenda harian Menteri Pertahanan Prancis Florency Parly oleh Kementerian Pertahanan Prancis, Jumat (16/10/2020). "Florence Parly menerima Prabowo Subianto, menteri pertahanan Indonesia di Hotel de Brienne," tulis Kemenhan Prancis.
![]() |
Belum diketahui secara pasti agenda Prabowo selama di Prancis. Juru Bicara Menhan RI Dahnil Anzar Simanjuntak tidak bersedia memberikan tanggapan perihal kabar itu saat dikonfirmasi oleh CNBC Indonesia. Pun Duta Besar LBBP Indonesia Prancis, merangkap Monako, Andorra, dan UNESCO Arrmanatha Nasir.
Seperti diketahui, saat ini, Prabowo sedang melakukan kunjungan kerja ke AS dalam rangka memenuhi undangan Menhan AS Mark Esper. Kunjungan itu akan berlangsung hingga 19 Oktober 2020.
Setelah itu, Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya tersebut direncanakan menemui Menteri Pertahanan Austria Klaudia Tanner pada 20 Oktober 2020. Kabar itu diketahui dari laporan media Austria, Kronen Zeitung.
Terkini, Prabowo dikabarkan akan berada di Prancis pada 22 Oktober. Ini akan jadi kunjungan keduanya setelah mengunjungi Prancis pada 11-13 Januari 2020. Saat itu, salah satu media terkemuka Prancis, La Tribune, menulis Indonesia tertarik membeli sejumlah alutsista buatan Prancis, salah satunya jet tempur Rafale.
Beberapa waktu lalu, Prabowo mengungkapkan alasannya kerap kali bertolak ke luar negeri selama berada di pucuk pimpinan tertinggi otoritas pertahanan.
Prabowo membeberkan hal tersebut dalam wawancara khusus yang bersumber dari DPP Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang ditayangkan Youtube seperti dikutip Selasa (13/10/2020).
"Dalam pembelanjaan alutsista, saya ingin harga terbaik. Harga murah, tapi kualitas paling tinggi. Ini perjuangan saya. Itu yang membuat saya harus banyak keliling, keluar negeri karena kita banyak teknologi dari luar," kata Prabowo.
Prabowo menjelaskan, perjanjian kerjasama alutista dengan negara lain pun tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pemerintah, pun harus berkomunikasi dulu dengan otoritas pertahanan negara lain.
"Saya harus datang ke menteri pertahanan negara-negara itu, sowan, minta izin, dan kalau mereka baik dan kalau mereka memandang Indonesia bersahabat, kita bikin perjanjian kerja sama pertahanan. Dari situ baru kita bisa negosiasi sama pabrik," katanya.
"Jadi kadang-kadang itu capek, harus datangi semua negara untuk dapat izin boleh atau tidak. Kadang-kadang dia nggak kasih. Negara ini boleh, negara ini tidak boleh. Jadi ada tingkatannya. Karena itu persahabatan, diplomasi sangat penting," jelasnya.
Indonesia, kata Prabowo, selama ini menganut politik bebas aktif. Pemerintah Indonesia pun ingin bersahabat dengan semua negara, selama negara-negara tersebut tidak menganggu kepentingan dalam negeri.
"Saya sering katakan politik itu adalah 1.000 kawan terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak. Jadi positif, kita baik pada semua tapi ada tantangan juga," ujarnya.
(miq/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dalih Prabowo Mau Borong Eurofighter Typhoon Austria, Simak!