
RI Sudah Punya 3 Reaktor Nuklir, Tanda Mampu Operasikan PLTN?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia sudah memiliki sejarah panjang mengenai nuklir, bahkan sudah memiliki tiga reakor nuklir, yaitu Reaktor Triga Mark Bandung, Kartini Yogyakarta, dan Reaktor Serba Guna - G.A.Siwabessy, Serpong.
Keberadaan tiga reaktor nuklir tersebut apakah menandakan Indonesia mampu mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)?
Peneliti Senior sekaligus Mantan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Djarot Sulistio Wisnubroto menyebut meski ketiga reaktor nuklir tersebut masih berupa reaktor riset, namun menurutnya ini berarti sumber daya manusia Indonesia sudah ada kemampuan untuk mengoperasikan PLTN.
"Kita punya reaktor nggak sih? Kita punya tiga reaktor nuklir untuk riset. Kita mampu operasikan loh," paparnya dalam webinar nuklir pada Kamis(15/10/2020).
Djarot mengatakan, berdasarkan data dari International Atomic Energy Agency (IAEA), untuk membangun PLTN berkapasitas 1.000 mega watt (MW) dibutuhkan pekerja sampai 6.000 orang pada saat pembangunan proyek. Namun pada saat operasi, skala jumlah pekerja yang dibutuhkan jauh lebih kecil yakni hanya ratusan orang.
"Operasi PLTN itu skala jumlah tenaga kerjanya sudah ratusan. Setiap tahun ada lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI) dan sebagainya. Dan banyak program study teknik dan ilmu dasar dari berbagai universitas di Indonesia. Jadi, kalau melihat secara real data, kalau sudah beroperasi, tidak terlalu banyak (butuhkan tenaga kerja), kita siap," jelasnya.
Menurutnya masyarakat juga sudah mulai memberikan dukungan pada nuklir. Berdasarkan survey terakhir pada 2019 di Kalimantan Barat dengan 600 responden, sebanyak 87,17% sudah memberikan dukungan.
"Dukungan PLTN dari masyarakat Kalbar luar biasa, kemungkinan karena elektrifikasi sudah besar tapi kualitas listrik belum bagus dan sentimen listrik impor dari Malaysia," jelasnya.
Sebelumnya, Thorcon International Pte Ltd, perusahaan nuklir asal Amerika Serikat, berencana membangun fasilitas uji non-fisi prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) di Indonesia pada akhir 2021, di mana konstruksinya akan dibangun oleh PT PAL. Bila lolos uji, maka prototipe baru akan dibangun pada 2024 dan beroperasi secara komersial pada 2027-2028.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Perwakilan Thorcon Indonesia Bob S Effendi saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI secara virtual pada Kamis (01/10/2020).
Dia mengatakan, saat ini Thorcon telah mendapatkan rekomendasi dari Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi untuk melakukan persiapan dengan melakukan beberapa kajian antara lain uji kelayakan (Feasibility Study/ FS) termasuk studi tapak, kajian PSAR, survey penerimaan masyarakat dan kajian Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
"Seluruh kajian tersebut akan dijadikan pertimbangan bagi pemerintah terhadap kelanjutan proyek ini," ujarnya kepada anggota Komisi VII DPR RI.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Maaf! RI Belum Siap Nuklir untuk Listrik, Tapi untuk Pangan
