Cari Utang untuk Proyek Batu Bara Kian Susah, Gimana PLTU RI?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
13 October 2020 19:35
pltu batang
Foto: Ist adaro.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Kampanye transisi energi dari energi berbasis fosil ke energi baru terbarukan (EBT) yang terus digaungkan negara maju turut berdampak pada semakin sulitnya mencari pendanaan di proyek batu bara. Bahkan, ratusan lembaga keuangan dunia mulai menyatakan keluar dan menjual sahamnya (divestasi) dari proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia tidak memungkiri hal ini. Namun demikian, meski banyak lembaga keuangan yang tidak lagi mau mendanai energi kotor seperti batu bara, menurutnya ini tidak serta merta membuat pembangunan PLTU batu bara menjadi turun.

"Memang betul financing (pendanaan) tentu kita tidak pungkiri, ini jadi kendala ya, kan kalau kita lihat World Bank sendiri sudah declare (menyatakan) ya," paparnya dalam diskusi secara daring bersama Institute for Essential Services Reform (IESR), Selasa (13/10/2020).

Hendra menyebut, setelah Bank Dunia menyatakan tidak bersedia memberikan pembiayaan untuk energi kotor, namun investasi di sektor batu bara malah meningkat. Bahkan, imbuhnya, China pada Semester I 2020 telah membangun PLTU dengan kapasitas 11,4 giga watt (GW).

"PLTU batu bara tetap berkembang, saya melihat pengalaman dari China, dia mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) masif, tapi energi berbasis fosil juga masif," tuturnya.

Kondisi yang sama juga terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, menurutnya industri batu bara tidak serta merta redup karena pasar ke depan masih ada dan malah cenderung meningkat.

"Ini menurut saya kita perlu cermati, sektor batu bara sudah bertransformasi bagus, perangkat kebijakan sudah ada di UU Minerba dan UU Ciptaker sudah dorong. Kita sama-sama kembangkan kemampuan optimal sebaik-baiknya," tuturnya.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Sujatmiko mengatakan hilirisasi menjadi masa depan industri batu bara. Ada tujuh peluang industri hilir untuk batu bara, sehingga industri batu bara masih bisa bertahan di tengah transisi energi.

Tujuh industri hilir tersebut di antaranya gasifikasi batu bara, pembuatan kokas, underground coal gasification, pencairan batu bara, peningkatan mutu batu bara, pembuatan briket batu bara, dan coal slurry/coal water mixture.

"Kalau bicara hilirisasi ada tujuh peluang yang bisa masuk. Tujuh varian hilirisasi gas, kokas. Kokas impor US$ 1,5 miliar untuk kebutuhan kokas, artinya kita punya batu bara masih impor kokas. Hilirisasi adalah masa depan batu bara," jelasnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fokus EBT, GE Umumkan Keluar dari Proyek PLTU Batu Bara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular