
Masih Takut PLTN? Jangan Khawatir, Teknologi Ini Dinilai Aman

Jakarta, CNBC Indonesia - Faktor keamanan dan keselamatan bisa dikatakan menjadi penyebab mengapa sampai sekarang mayoritas masyarakat Indonesia masih menolak keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) meski Indonesia telah memiliki pengalaman bidang ketenaganukliran sejak puluhan tahun lalu.
Terlebih, sejak adanya kecelakaan PLTN di Fukushima, Jepang dan Chernobyl di Ukraina, membuat masyarakat semakin memiliki stigma bahwa nuklir itu berbahaya.
Namun demikian, Pakar Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (HIMNI) Zaki Su'ud meyakinkan bahwa PLTN tidak seburuk apa yang disangkakan. Menurutnya, dengan perkembangan teknologi nuklir saat ini, ada teknologi PLTN yang cocok bagi Indonesia. Dia mengatakan, PLTN yang cocok digunakan di Indonesia adalah generasi 3 plus atau 4. Karena memiliki keselamatan pasif yang mampu atasi potensi bencana seperti yang terjadi di Chernobyl dan Fukushima.
"Indonesia dilihat dari kondisi geografisnya dan potensi bencana besar, PLTN yang cocok yaitu generasi 3+ atau 4," paparnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin (12/10/2020).
Lebih lanjut dia mengatakan, belajar dari kecelakaan nuklir di Chernobyl, maka yang perlu dilakukan adalah keterbukaan. Perlu disampaikan kepada publik seperti apa teknologi nuklir. Sementara dari kecelakaan di Fukushima, tantangannya menurutnya yaitu bagaimana mencari lokasi di mana potensi tsunami dan gempanya kecil.
Menurutnya, wilayah di Indonesia yang bisa dijadikan opsi pembangunan PLTN antara lain di Kalimantan dan Bangka. Jika Indonesia mau membangun PLTN, maka menurutnya dibutuhkan teknologi yang relatif lebih baru daripada Chernobyl dan Fukushima. Kendati demikian, dari semua pembelajaran tersebut, yang lebih penting menurutnya adalah dukungan dari masyarakat.
"Tanpa itu, pemerintah sulit menentukan. Survey nasional selama 2014-2016, dukungan masyarakat terhadap nuklir di atas 70%. Bahkan, survey terakhir di Kalimantan Barat (Kalbar) pada 2019 mencapai 87,17% yang mendukung PLTN. Bagaimana dapat dukungan masyarakat? pilih lokasi yang aman dari gempa dan tsunami, dan teknologi yang bagus dan baru," tegasnya.
Zaki mengatakan, berdasarkan survey dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) beserta lembaga lainnya, tingkat penerimaan masyarakat cenderung meningkat, meski sebelumnya sempat turun sampai 40% saat terjadi kecelakaan di Fukushima. Namun kemudian naik lagi sampai di atas 60%.
"Negara seperti Prancis pun acceptance (penerimaan) dari masyarakat juga tidak tinggi, mungkin hanya 60%," ungkapnya.
Peneliti Senior sekaligus Mantan Kepala BATAN Djarot Sulistio Wisnubroto mengungkapkan Indonesia masuk dalam ring of fire, sehingga harus mencari tempat dengan potensi gempa yang rendah, seperti di Jawa ada Semenanjung Muria, Jepara, lalu di Bangka dan juga Kalimantan.
"Sekarang masih ada masyarakat yang takut. Yang penting adalah bagaimana bisa mengatakan bahwa nuklir ini aman," tuturnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Maaf! RI Belum Siap Nuklir untuk Listrik, Tapi untuk Pangan